"Kecewa adalah alamat setelah diasingkan"
Setelah kau berada di dalamnya, kau baru akan menyadari bahwa beriringan itu terkadang cuma kalimat penghias. Atau penghibur dahaga waktu angan akan digapai.
Dengan begitu, kau tak cuma bicara gamblang seenaknya.
Kadang kala, kita cuma diolok-olok soal apa yang belum kita dapatkan. Mereka cuma berspekulasi tanpa menjalani realitanya. Mau bagaimanapun, pasti realita tiap manusia selalu berbeda, permasalahan tiap kepala tak harus sama. Bukannya menolak dinasehati, rasanya cuma aneh betul, bicara lantang, tiba-tiba menjadi bijak, membuat asumsi sesuka hati.
Padahal jelas-jelas realita hidupnya drngan realita yang kita alami sangat berbeda.
Tapi kau masih mendengarkan kicauan burung itu, sebagai wujud menghargai orang lain.
Lagi-lagi kalimat keramat soal manusia cuma ingin mendengar apa yang mereka ingin dengar mewujudkan lagi eksistensinya.
Berangkat dari pepatah "manis di awal, pahit di akhir"
Semboyan "beriringan" seperti iming-iming semata. Dengan trik konsistenitas pada awal paragraf. Dan di sana tak ada bedanya antara pria atau wanita yang sudah mahir bermain kata dengan tujuan manipulatif.