Bab 9: Kesepakatan Kerja
Setelah kejadian tadi siang dengan Brian, Milim dan Arvid berjalan menuju kafe kecil yang sering mereka kunjungi untuk melepas lelah. Tempat itu selalu memberi kedamaian, dan Milim merasa sangat butuh momen untuk merenung setelah apa yang terjadi. Arvid, meskipun masih sedikit canggung, merasa lega karena akhirnya Milim bisa berbicara terbuka tentang perasaan dan keadaan dirinya.
Setelah duduk di meja, Milim memandang Arvid, lalu dengan suara yang lebih serius berkata, "Aku rasa kita perlu bicara lebih lanjut tentang sesuatu, Arvid."
Arvid mengangkat alis, sedikit bingung. "Tentang apa?"
Milim menghela napas. "Tentang pekerjaan. Aku tahu kita masih mahasiswa, dan banyak yang harus dipikirkan. Tapi, ada beberapa orang yang aku pikir bisa membantu aku dengan beberapa hal, terutama untuk mengelola beberapa pekerjaan yang harus dilakukan."
Arvid menatapnya, menduga bahwa Milim sedang memikirkan sesuatu yang penting. "Kamu ingin merekrut seseorang untuk membantu, kan?"
Milim mengangguk. "Iya, sebenarnya ada beberapa teman yang tertarik untuk bergabung dan membantu aku dengan beberapa tugas. Salah satunya adalah Celine."
Tidak lama setelah Milim mengatakan itu, Celine, salah satu teman dari kampus, datang menghampiri mereka. Senyum lebar menghiasi wajahnya. "Hei, Milim! Aku dengar kamu butuh bantuan? Aku ingin bergabung dan bekerja sebagai asistenmu!"
Milim terkejut, tapi ia juga merasa senang mendengarnya. "Oh? Kamu tertarik membantu?" tanya Milim dengan nada ringan.
Celine duduk tanpa menunggu undangan, senyum antusias tetap terpancar dari wajahnya. "Tentu! Aku dengar kamu butuh seseorang yang bisa membantu mengelola beberapa hal dan mungkin juga mendesain beberapa hal. Aku pikir aku bisa bantu di bagian itu. Aku punya pengalaman sedikit dalam hal desain grafis dan juga bisa bantu mengurus beberapa hal teknis."
Arvid, yang mendengarkan percakapan itu, sedikit ragu. "Tapi, seperti yang Milim katakan sebelumnya, bayaran untuk pekerjaan ini tidak besar, Celine. Kita masih akan membicarakan masalah bayaran."
Celine tertawa kecil, terlihat tidak keberatan. "Aku tahu itu, Arvid. Sebenarnya, aku lebih tertarik untuk belajar dan mendapatkan pengalaman daripada soal bayaran. Kalau aku bisa membantu Milim, itu sudah cukup."
Milim tersenyum senang. "Aku senang kamu berpikir seperti itu, Celine. Tapi, kita harus jelas soal bayaran. Meskipun tidak besar, kita tetap harus diskusikan jumlah yang adil sesuai dengan pekerjaan yang kamu lakukan."
Celine mengangguk setuju. "Tentu saja, kita bisa bicarakan jumlahnya nanti. Yang penting aku bisa ikut dan membantu."
Arvid berpikir sejenak. "Mungkin kita bisa tentukan bayaran berdasarkan berapa banyak waktu yang dihabiskan atau per tugas yang selesai. Itu cara yang paling adil untuk semua pihak."
Milim setuju. "Iya, itu masuk akal. Jadi kita sepakati per jam atau per tugas yang selesai. Bayarannya tidak banyak, tapi yang penting kalian tetap merasa dihargai."
Celine tersenyum lebar. "Aku setuju. Jangan khawatir, Milim. Aku senang bisa membantu, dan yang terpenting aku bisa belajar banyak dari pengalaman ini."
Dengan kesepakatan itu, mereka mulai merancang bagaimana pembagian pekerjaan akan dilakukan. Celine akan membantu Milim dengan beberapa tugas, seperti mendesain dan mengelola beberapa hal terkait pekerjaan yang harus diselesaikan. Meskipun bayaran yang ditawarkan tidak besar, namun semua pihak merasa puas dengan kesepakatan yang ada.
Hari itu, di kafe kecil yang nyaman, mereka mulai membicarakan rencana kerja mereka ke depan, saling bertukar ide dan memastikan bahwa segala sesuatunya berjalan lancar. Arvid yang sebelumnya merasa cemas tentang bagaimana Milim akan mengelola semuanya, kini merasa lebih tenang. Milim memiliki cara untuk mengatur semuanya, dan dengan bantuan teman-temannya, proyek ini bisa berjalan lebih lancar.
Celine, yang merasa antusias dan senang bisa bergabung, juga siap memberikan yang terbaik. Meskipun proyek ini dimulai dengan bayaran yang sederhana, mereka semua tahu bahwa pengalaman dan kerja sama adalah hal yang lebih berharga daripada sekadar uang.
Keesokan harinya, Milim, Arvid, dan Celine berkumpul di ruang kerja kecil yang mereka sewa untuk membuat konten video. Milim sudah mulai mempersiapkan ide-ide baru untuk kanal yang dikelola, dan dengan tambahan tangan dari Celine, semuanya tampak lebih terorganisir. Suasana kerja di ruang itu terasa lebih hidup dan penuh semangat, dengan tumpukan catatan, laptop, dan berbagai peralatan video yang berserakan.
Milim duduk di depan kamera, mengatur posisi dengan teliti. "Oke, teman-teman, hari ini kita punya sesuatu yang berbeda. Aku akan memperkenalkan kalian kepada anggota baru tim ini," kata Milim sambil tersenyum. "Seperti yang kalian tahu, sekarang kita sudah punya Celine, dan dia akan membantu kita untuk membuat konten lebih menarik dan tentunya, dengan desain yang lebih keren!"
Celine yang duduk di samping Milim melambaikan tangan ke kamera dengan senyum cerah. "Halo, semua! Senang bisa bergabung dan membantu. Aku harap kalian suka dengan desain-desain baru yang akan aku buat untuk video-video Milim."
Arvid, yang biasanya tidak terlalu suka tampil di depan kamera, sekarang mulai merasa lebih nyaman. "Aku juga di sini untuk membantu, walaupun aku lebih banyak di belakang layar. Tapi, semoga video ini menyenangkan buat kalian."
Milim melanjutkan, "Kali ini kita akan mencoba sesuatu yang seru! Kita akan bermain Dota 2 bersama-sama dan membuat konten gameplay yang bisa kalian tonton. Celine, kamu tahu kan cara main Dota?"
Celine tertawa kecil. "Sedikit-sedikit, aku main dengan teman-teman. Tapi, aku tidak terlalu jago. Tapi, aku pasti akan mencoba!"
"Bagus!" Milim berkata dengan semangat. "Kalian akan melihat sisi lain dari kami semua, dan mungkin beberapa momen lucu yang terjadi selama bermain. Jadi, kita akan merekam gameplay dan memberikan komentar sepanjang permainan. Kami akan mulai dengan sedikit sesi latihan dulu sebelum masuk ke permainan sesungguhnya."
Sambil mempersiapkan game, mereka membahas sedikit tentang karakter-karakter yang akan mereka pilih di Dota. Milim memutuskan untuk bermain dengan hero favoritnya, Anti-Mage, yang bisa menghindari banyak serangan sihir. Arvid memilih Sniper, dengan kemampuannya untuk memberikan serangan jarak jauh yang kuat, sementara Celine, meskipun tidak berpengalaman, memutuskan untuk mencoba bermain sebagai Crystal Maiden untuk memberikan dukungan kepada tim.
Setelah sesi latihan singkat, mereka mulai merekam gameplay mereka. Celine, meskipun awalnya sedikit gugup, ternyata cukup cepat beradaptasi dan mulai tertawa saat karakter Crystal Maiden miliknya melakukan kesalahan lucu. "Ups! Itu bukan yang aku rencanakan," katanya sambil tertawa. "Tapi, aku rasa itu lebih seru!"
Arvid yang sedang fokus pada permainan tiba-tiba terkejut saat terkena serangan musuh dan berkata, "Aduh! Itu tidak seharusnya terjadi!" Sambil tertawa, ia melanjutkan, "Semuanya, aku akan belajar dari kesalahan ini!"
Milim, yang tampaknya lebih santai, mencoba mengatur strategi sambil berbicara kepada penonton. "Oke, seperti yang kalian lihat, kita semua masih belajar, tapi itulah bagian yang menyenangkan dari bermain bersama. Kita akan semakin baik seiring waktu."
Setelah beberapa putaran, mereka merasa semakin nyaman di depan kamera. Mereka mulai berbincang lebih santai, mengenalkan diri mereka satu per satu ke penggemar dan berbicara tentang pengalaman masing-masing dalam bermain game dan dunia luar. "Aku ingin memberi tahu kalian, guys," kata Milim, "meskipun konten ini sederhana, kami ingin berbagi sedikit dari diri kami dan semoga bisa menghibur kalian."
Ketika sesi video selesai, mereka merasa puas dengan hasilnya. Meskipun ada banyak kekacauan dan kegagalan dalam permainan, justru itulah yang membuat video itu terasa lebih hidup dan menyenangkan untuk ditonton.
Arvid tersenyum ke arah Milim. "Sepertinya ini cukup menyenangkan, ya?"
Milim mengangguk. "Iya, benar. Aku rasa, ini hanya permulaan. Dengan bantuan Celine, kita bisa membuat banyak konten menarik ke depannya."
Celine, yang duduk di sudut dengan laptop terbuka, menambahkan, "Aku sudah punya beberapa ide desain untuk video berikutnya. Aku ingin menambahkan beberapa animasi keren untuk intro dan outro."
Milim menyambut dengan senyum. "Wah, itu kedengarannya luar biasa. Aku nggak sabar untuk lihat hasilnya!"
Dengan kesepakatan mereka yang semakin matang, ketiganya merasa semakin dekat satu sama lain. Mereka tahu bahwa perjalanan mereka dalam membuat konten bersama baru saja dimulai, dan dengan kerja sama yang baik, mereka akan dapat menciptakan banyak momen menyenangkan bagi para penggemar mereka.