Langit di Hyperrealm berkilauan seperti kanvas kosmik yang terus bergerak. Warna-warna aneh berputar, membentuk pola yang tak bisa dipahami, seolah realitas itu sendiri sedang bernapas.
Di tempat ini, gravitasi berubah sesuka hati, ruang dan waktu saling berkelindan, dan keberadaan mereka sebagai individu terus-menerus ditantang.
Namun bagi para siswa Akademi Zelgenia... ini adalah lapangan latihan biasa.
Lucius Varvatos berdiri di tengah lapangan dimensi yang tampak tak berujung, tangan di saku, ekspresi datar seperti biasa.
Di depannya, sepuluh siswa yang terpilih untuk mengikuti turnamen berdiri berjejer — wajah mereka penuh kelelahan, tetapi mata mereka bersinar dengan tekad yang membara.
Kepala Akademi baru saja mengumumkan bahwa turnamen diundur setengah bulan lagi.
Itu berarti... latihan mereka akan jadi lebih parah.
Dan Lucius sama sekali tidak berniat mengurangi intensitasnya.
Lucius (Tersenyum): "Baik, kita mulai sesi berikutnya. Hari ini kita akan fokus pada penguasaan penuh The Will kalian. Kalau kalian mati, ingat untuk hidup lagi. Kalau nggak bisa hidup, suruh Lugiel tarik kalian balik paksa."
Para siswa saling pandang, beberapa menelan ludah. Tapi tak ada yang mengeluh — mereka sudah tahu ini akan jadi mimpi buruk.
Dan Lucius?
Dia hanya tersenyum tipis.
Lucius (Tersenyum Tipis): "Siapkan diri kalian. Kali ini aku serius."
---
Latihan yang Menghancurkan Akal Sehat
Hyperrealm mulai bergetar ketika latihan dimulai.
Lucius menciptakan puluhan avatar dirinya sendiri — masing-masing memiliki kekuatan berbeda yang didesain khusus untuk mengeksploitasi kelemahan para siswa.
Velanesa melawan bayangan dirinya sendiri yang bisa mengakses The Will of Chaos — sesuatu yang bahkan dia sendiri Tidak Punya.
Raizen bertarung melawan entitas petir dan kegelapan yang meledak setiap disentuh, memaksanya untuk mengasah insting dan refleksnya ke tingkat dewa.
Lugiel?
Dia berdiri diam di tengah badai kehancuran, menatap kekacauan tanpa berkedip, membiarkan serangan terus menghantamnya tanpa efek apapun.
Dan yang paling parah...
Lucius Varvatos sendiri terjun langsung ke lapangan.
Dia menyerang para siswa tanpa ampun, menggunakan berbagai macam The Will untuk menjebak, menghajar, dan memaksa mereka untuk bangkit lagi dan lagi.
Ketika Serviel hampir mati karena serangan gravitasi, Lucius hanya berkata:
Lucius (Tersenyum Dingin): "Kalau kau mati karena ini, berarti kau nggak pantas ikut turnamen."
Ketika Shin hampir kehilangan kendali atas The Will-nya sendiri, Lucius menatapnya tajam dan berkata:
Lucius (Dengan Dingin): "Kalau kau takut Dengan kekuatanmu sendiri, lebih baik kau pulang sekarang."
Dan ketika Raizen hampir putus asa setelah dikalahkan berkali-kali, Lucius berdiri di atas tubuhnya yang terkapar, mengulurkan tangan sambil tersenyum tipis.
Lucius (Menatap Mata Raizen): "Bangun. Kau belum mati, kan?"
Latihan ini berlangsung 24 jam tanpa henti.
Dan ketika akhirnya mereka diberi waktu istirahat...
Mereka hanya diberi 2 jam sebelum latihan berikutnya dimulai lagi.
---
Percakapan di Tengah Malam
Di sela-sela latihan, saat para siswa tergeletak kelelahan di rerumputan Hyperrealm yang bercahaya, Lucius duduk di atas batu besar, menatap langit.
Lugiel mendekat tanpa suara, lalu duduk di sebelahnya.
Lugiel (Dengan Datar): "Mereka akan mati sebelum turnamen dimulai,"
Lucius (terkekeh): "Kalau mereka mati cuma karena ini, berarti mereka memang nggak layak ikut."
Lugiel memandang para siswa yang tertidur seperti mayat hidup. Sebagian masih berdarah, luka mereka sembuh perlahan karena regenerasi alami dari mutasi Outlayers mereka.
Lugiel (Tanpa Ekspresi): "Raizen hampir meledakkan setengah dimensi ini tadi,"
Lucius (mengangguk pelan): "Itu bagus. Berarti dia mulai menyentuh batasnya."
Hening sejenak.
Lugiel menatap Lucius, matanya yang tajam seperti bisa menembus pikiran orang lain.
Lugiel (Suaranya Sangat Dalam Dan Dingin): "Kenapa kau memaksa mereka sekeras ini?. Kau tahu kan, turnamen ini cuma formalitas. Bahkan kalau mereka kalah, Akademi Zelgenia masih akan dianggap sebagai akademi terkuat."
Lucius terdiam. Dia menatap langit, lalu menarik napas panjang.
Lucius (Suaranya Pelan): "Karena aku tahu sesuatu yang mereka belum tahu. Turnamen ini cuma awal. Yang sebenarnya bakal kita hadapi jauh lebih parah dari ini."
Lugiel (mengerutkan kening): "Apa maksudmu?"
Lucius menunduk, rambut putihnya berkilauan di bawah cahaya Hyperrealm yang aneh.
Lucius (Tersenyum Kecil): "Aku merasa... ada sesuatu yang mengawasi kita, Sesuatu yang bahkan aku nggak bisa lihat sepenuhnya."
Lugiel membeku. Jika Lucius Varvatos — yang bisa melihat hampir semua hal — tidak bisa memahami sesuatu...
...berarti ada entitas yang melampaui batas pemahaman mereka.
Lucius (Dengan Tegas): "Jadi kita harus lebih kuat,"
Lucius Diam Sejenak.
Lucius (melanjutkan, suaranya tegas): "Lebih kuat dari siapapun. Karena kalau kita Tidak siap..."
Dia berbalik menatap Lugiel, matanya bersinar tajam seperti bintang.
Lucius (Tersenyum Tipis): "...kita semua akan musnah bahkan sebelum sempat bertarung."
Lugiel terdiam sejenak. Lalu dia bangkit berdiri, merapikan seragamnya.
Lugiel (Dengan Dingin): "Kalau begitu, ayo kita lanjutkan latihan."
Lucius (tersenyum samar): "Kau benar-benar monster, ya."
Lugiel (mengangkat bahu): "Kau yang Menjadikan Aku Seperti Ini."
Tanpa berkata lagi, mereka berdua kembali ke lapangan latihan — bersiap untuk membangunkan para siswa dan melanjutkan sesi neraka berikutnya.
Lucius (Tersenyum, Membaca Buku): "Sepertinya Ini Sudah Bagus, Kuharap Mereka Bisa Mempelajarinya"
Buku Yang Lucius Baca Adalah Buku Yang Dia Tulis Sendiri, Didalamnya Berisi Semua Mantra Sihir Zaman Dulu Yang Masih Memiliki Sihir Tidak Seperti Zaman Sekarang, Yang Tidak Memiliki Sihir
Velanesa (Tersenyum, Menatap Lucius): "Apa Yang Kau Bicarakan Dan Apa Yang Kau Tulis Selama Tiga Hari Ini Tanpa Tidur"
Lucius (Tersenyum Puas, Dan Meminum Kopi): "Mm, Kau Akan Tahu Nanti"
Setelah Itu Lucius Menutup Buku, Dan Naik Ke Kasurnya Untuk Tidur
Velanesa (Cemberut, Menatap Kebawah Tempat Lucius Tidur): "Besok Kita Akan Liburan Bersama Teman-teman Jangan Tidak Bangun Nanti Ya"
Lucius (Sudah Tertidur): "...."
Besoknya Kami Berdua Berjalan Ketempat Pertemuan Dan Disana Saya Melihat Delapan Murid Yang Membawa Tas, Koper Dan Perlengkapan Mereka.
Raizen (Tersenyum Riang, Dan Menatap Lucius): "Lucius Dan Velanesa Akhirnya Kalian Datang Juga."
Velanesa (Cemberut Dengan Sedikit Senyuman): "Maaf Kami Terlambat, Aku Harus Membangunkan Lucius Tadi"
Lucius (Tersenyum Lelah): "Sudah Kubilang Aku Tidak Ingin Ikut"
Lugiel (Dengan Dingin): "Semuanya Sudah Ayo Cepat Berangkat"
Setelah Itu Semuanya Mulai Pergi Ke Stasiun, Dan Menaiki Kereta
Saat Di Kereta Diriku Duduk Bersebelahan Dengan Gadis Yang Juga Salah Satu Dari Tujuh Murid Terpilih Untuk Ke Turnamen
Serviel (Dengan Malu): "Lu-lucius"
Lucius (Menatap Serviel): "Apakah Ada Yang Salah"
Serviel (Dengan Malu): "Ak-aku Ingin Tanya Sesuatu A-apakah Boleh"
Lucius (Bingung): "Tentu Saja, Apakah Ada Yang Salah, Langsung Saja Ke Intinya"
Serviel (Malu): "Baiklah, Aku Ingin Tanya, Saat Aku Terpilih Aku Kaget, Apakah Aku Bisa Menjadi Kuat"
Lucius (Tersenyum Tipis): "Mm, Tentu Saja Kau Akan Menjadi Kuat, Karena Ini Adalah Liburan Aku Tidak Akan Melatih Kalian, Tapi Ada Satu Hal Yang Harus Kalian Pelajari Nanti"
Serviel (Kaget, Malu): "A-apa Maksudnya Itu"
Lucius (Tersenyum Tipis): "Nanti Kau Juga Akan Tahu"
Setelah Itu Aku Dan Serviel Mulai Mengobrol Dan Menjadi Teman
Setelah Beberapa Saat Kereta Itu Akhirnya Sampai Ke Tujuan
Raizen (Tersenyum Puas, Dan Bahagia): "Akhirnya Sampai Juga"
Lucius (Menatap Dingin): "Emang Kita Liburan Kemana"
Laviela (Tersenyum, Dan Tertawa): "Fufufufu, Tentu Saja Ke Pantai Pribadi Milik Keluargaku Dong"
Lucius (Bingung, Menatap Dingin): "Jika Pantai Pribadimu Kenapa kita Kesini Dengan Kereta"
Laviela (Tersenyum Puas): "Tentu Itu Karena Kita Hanya Harus Sampai Sini Saja, Kita Belum Sampai"
Raizen (Kaget, Dan Tercengang): "A-apa I-ini Belum Sampai"
Laviela (Tersenyum): "Benar Ini Belum Sampai"
Saat Itu Ada Tiga Mobil Yang Mendekat Dan Berhenti Di Depan Kami
Seseorang Keluar Dari Dalam Salah Satu Mobil
Vinneara (Tegas, Dan Menatap Tajam): "Nona Muda, Kami Sudah Sampai"
Laviela (Tersenyum Bahagia, Dan Tertawa): "Fufufufu, Akhirnya Kamu Sampai Vinneara, Nah Kalian Semua Ayo Naik Ke Mobil Pilihan Kalian Masing-masing"
Setelah Semuanya Naik Ke Mobil Yang Mereka Pilih, Akhirnya Aku Bisa Duduk Santai Di Mobil Mewah Ini.
Velanesa (Cemberut, Dan Cemburu): "Kenapa Dia Ada Disini, Dan Juga Kenapa Kalian Terlihat Dekat Sekali"
Ya Saat Itu Aku Sedang Direbutkan Oleh Velanesa Dan Serviel Yang Entah Kenapa Sifat Pemalunya Sudah Hilang.
Serviel (Tersenyum Menggoda): "Shinomiya Bukankah Kau Itu Tidak Boleh Terlalu Memonopolinya."
Velanesa (Jengkel): "Apa Maksudmu Hahh, Kau Juga Jangan Terlalu Dekat Dengannya."
Sopir (Dalam Hati): "Mm, Para Anak Muda Ini"
Lucius (Dalam Hati): "Sialan Sampai Kapan Akan Seperti Ini, Aku Hanya Ingin Duduk Tenang."
"..."
----
Setelah Sampai Kami Disambut Oleh Para Pelayan, Dan Aku Cukup Terkejut Ternyata Laviela Adalah Orang Yang Sangat Kaya Ya.
Vila Miliknya Pun Sangat Besar.
Shin (Memikirkan Sesuatu, Bingung): "Mm, Apa Yang Harus Aku Lakukan Ya."
Di Sampingku Ini Shineyama Shin, Pria Berusia 17 Tahun, Dan Dia Selalu Berlatih Keras Melebihi Yang Lain.
Lucius (Tersenyum Tipis): "Apakah Kau Sedang Memikirkan Latihan"
Shin (Kaget, Mengangguk): "Benar, Jika Aku Liburan Seperti Ini Maka Aku Tidak Akan Bisa Menjadi Kuat, Dan Juga Aku Yang Paling Lemah Di Antara Kalian."
Lucius (Tersenyum Tipis): "Kau Tau, Kekuatan Bukanlah Segalanya Jika Kau Ingin Menjadi Kuat Maka Berusahalah, Jika Kau Ingin Menang Maka Kalahlah Terlebih Dahulu, Jika Kau Ingin Berhasil Maka Gagal Lah Terlebih Dahulu, Jika Kau Ingin Latihan Maka Latihanlah Bersamaku, Aku Akan Melatihmu Hingga Menjadi Kuat"
Shin (Tercengang, Tapi Kemudian Tersenyum Dan Bersemangat): "Benarkah Kalau Begitu Baiklah, Latihan Di Mana Dan Kapan."
Lucius (Tersenyum): "Nanti Malam, Karena Malam Sangat Cocok Untuk Berlatih, Malam Penuh Roh Yang Berkeliaran."
Shin (Bingung): "Roh, Apa Maksudmu"
Lucius (Tersenyum): "Nanti Kau Akan Tau"
Saat Itu Semua Orang Mulai Mendekat
Raizen (Tersenyum Ceria): "Shin, Lucius Apa Yang Sedang Kalian Bicarakan."
Lucius (Membalikkan Badan, Dengan Dingin): "Tidak, Tidak Ada Apa-apa....?"
A-apa...., Apa-apaan Pemandangan Hebat Di Depanku Ini
Lucius (Dalam Hati): "Tak Kusangka, Velanesa Dan Serviel Mereka Sangat Cantik Dan Imut Sekali, Mereka Bertiga Juga"
Feylia (Tersenyum Samar): "..."
Feylia Zelfalfath, Gadis Imut Nan Cantik Yang Sedang Memakai Bikini Yang Imut, Dia Berumur 16 Tahun
Lucia (Cemberut, Dalam Hati): "Kenapa Aku Harus Memakai Bikini Seperti Ini."
Shisilia Lucia, Gadis Imut, Tentu Juga Memakai Bikini Yang Imut, Dia Berumur 15 Tahun, Dari Yang Aku Tahu 12 Bulan Lagi Dia Akan Berulang Tahun.
Laviela (Tersenyum Puas): "Fufufufu, Baiklah Ayo Teman-teman Mari Kita Bersenang-senang"
Semuanya Bersorak, Kecuali Diriku Dan Lugiel
-----
— To be continued