Cherreads

Chapter 4 - The World is Starting Unsafe I guess

Setelah pertarungan sengit di Hutan Aokigahara, Liam, Aria, dan Kael berjalan kembali menuju Akademi Valthoria. Langit mulai terang saat fajar menyingsing, tetapi ketegangan di hati mereka belum mereda. Keberadaan pria berjubah hitam dan Abyss Knight bukanlah ancaman yang bisa diabaikan begitu saja.

Di gerbang akademi, penjaga yang melihat kondisi mereka segera berlari menghampiri. "Apa yang terjadi? Kalian terlihat kelelahan dan—" matanya membelalak saat melihat luka di tubuh mereka. "—bertarung?"

Aria mengangkat tangannya, mengisyaratkan agar penjaga itu tenang. "Kami akan langsung menghadap Headmaster Zephyr. Ini darurat."

Tanpa banyak bertanya, penjaga itu membuka gerbang dan membiarkan mereka masuk.

---

Ruang Kepala Akademi Valthoria

Headmaster Zephyr adalah pria tua dengan rambut perak panjang dan mata tajam berwarna emas. Ia duduk di belakang meja besar di ruangannya yang dipenuhi buku-buku kuno dan berbagai artefak sihir.

Saat Liam, Aria, dan Kael masuk, Zephyr langsung menatap mereka dengan penuh perhatian. "Aku sudah mendengar bahwa kalian kembali dengan kondisi terluka. Jelaskan semuanya."

Liam melangkah maju dan mulai menceritakan peristiwa di Hutan Aokigahara—tentang Abyss Knight, pria berjubah hitam, dan monumen batu yang mereka hancurkan.

Ketika mereka selesai berbicara, ekspresi Zephyr menjadi gelap. "Ini lebih buruk dari yang kuduga," gumamnya.

Aria mengernyit. "Apa Anda mengetahui sesuatu tentang mereka?"

Zephyr menghela napas panjang. "Abyss Knight bukanlah makhluk biasa. Mereka adalah pasukan yang diciptakan oleh Ordo Kegelapan berabad-abad yang lalu. Namun, mereka seharusnya telah lenyap dalam perang besar terakhir."

Liam mengangguk. "Tapi sekarang mereka kembali. Dan pria berjubah hitam itu… dia sangat kuat."

Zephyr memejamkan matanya sejenak sebelum membuka laci mejanya. Ia mengeluarkan sebuah gulungan kuno dengan simbol yang mirip dengan yang ada di monumen batu di Aokigahara.

"Ini adalah naskah kuno dari era pertama sihir. Simbol-simbol yang kalian lihat adalah bagian dari mantra pemanggilan terlarang," jelasnya sambil meletakkan gulungan itu di atas meja. "Dan jika seseorang telah menggunakannya, maka dunia dalam bahaya besar."

Kael menyilangkan tangan. "Jadi, apa langkah kita selanjutnya?"

Zephyr menatap mereka dengan serius. "Kalian akan dikirim dalam misi baru. Ada informasi bahwa kelompok lain dengan simbol serupa terlihat di Kyoto. Aku ingin kalian menyelidikinya."

Liam mengangguk. "Kami siap."

---

Kyoto – Kuil Fushimi Inari

Malam itu, Liam, Aria, dan Kael tiba di Kyoto. Mereka menyamar sebagai peziarah untuk menyelidiki kuil yang dikabarkan memiliki aktivitas sihir mencurigakan.

Saat mereka berjalan melewati torii merah yang berjejer, suara langkah kaki mereka bergema. Udara di sekitarnya terasa berbeda—seperti ada sesuatu yang mengawasi mereka.

Tiba-tiba, Kael mengangkat tangannya. "Berhenti."

Liam dan Aria langsung siaga. Mereka merasakan kehadiran seseorang.

Dari balik salah satu torii, seorang pria dengan jubah hitam muncul. Wajahnya tersembunyi di balik bayangan tudungnya, tetapi suara dinginnya terdengar jelas. "Aku sudah menunggu kalian."

Liam langsung menggenggam pedangnya. "Kau bagian dari kelompok pria berjubah hitam di Aokigahara?"

Pria itu terkekeh. "Mungkin. Tapi aku bukan musuh yang sama seperti yang kalian hadapi sebelumnya."

Tiba-tiba, udara di sekitar mereka berubah. Energi gelap muncul dari tanah, membentuk lingkaran sihir yang mulai bersinar dengan warna merah keunguan.

"Ini jebakan!" teriak Aria.

Pria itu mengangkat tangannya, dan dari bayangan di sekeliling mereka, muncul sosok-sosok berjubah hitam lainnya—setidaknya ada lima orang.

Kael langsung menghunus pedangnya. "Pertarungan lagi, ya?"

Liam tersenyum tipis. "Sepertinya begitu."

Tanpa aba-aba, mereka bertiga melesat ke depan, bersiap untuk bertarung melawan ancaman baru yang muncul dari bayangan Kyoto…

----

Hawa malam di Kuil Fushimi Inari semakin dingin. Liam, Aria, dan Kael berdiri dalam formasi bertahan, dikepung oleh lima pria berjubah hitam yang muncul dari bayangan. Mata mereka menyala merah seperti bara api, menandakan bahwa mereka bukan manusia biasa.

"Lima lawan tiga. Ini tidak adil," gumam Kael sambil mencengkeram gagang pedangnya lebih erat.

Pria yang pertama kali muncul tersenyum tipis. "Jangan khawatir. Kami akan membuatnya adil dengan memastikan kalian tidak akan punya kesempatan untuk bertarung lama."

Tanpa peringatan, salah satu pria berjubah hitam melesat dengan kecepatan luar biasa, menebas ke arah Liam dengan pedang bercahaya ungu. Liam mengangkat pedangnya untuk menangkis.

CLANG!

Benturan kekuatan antara dua pedang membuat percikan api terbang di udara. Liam merasakan dorongan kuat yang membuat kakinya sedikit terseret ke belakang.

Sementara itu, dua pria lainnya menyerang Kael dan Aria. Kael menghindari tebasan pertama dengan melompat ke belakang, lalu melepaskan serangan petir dari tangannya. "Thunder Pierce!"

Cahaya petir melesat ke arah lawannya, tetapi pria berjubah hitam itu hanya mengangkat tangannya dan menyerap petir itu dengan mudah.

Mata Kael membelalak. "Dia menyerap sihirku?!"

Aria tidak tinggal diam. Dia mengayunkan tongkatnya, menciptakan bola cahaya yang mengembang dan meledak dengan intensitas tinggi. "Holy Burst!"

Ledakan cahaya itu berhasil memaksa salah satu pria berjubah mundur, tetapi mereka tetap berdiri dengan tenang seolah-olah tidak terlalu terpengaruh.

"Kita tidak bisa menyerang mereka sembarangan," kata Aria dengan nada tegang. "Ada sesuatu yang melindungi mereka."

Liam menghindari satu tebasan lagi, lalu melompat ke belakang dan menatap lawan mereka dengan tajam. "Aria, coba cari tahu apa kelemahan mereka. Kael, tahan mereka sebisa mungkin."

Kael mengangguk dan langsung melancarkan serangan baru. "Storm Barrage!"

Lima tombak petir muncul di udara dan melesat ke arah para pria berjubah hitam. Kali ini, dua dari mereka tidak bisa menghindar tepat waktu dan terkena ledakan listrik yang cukup besar. Mereka terdorong ke belakang, tetapi tetap berdiri.

Aria memejamkan mata, merapal mantra analisis tingkat tinggi. "Mana Scan!"

Aura biru menyelimuti matanya saat dia mencoba melihat komposisi energi lawan mereka. Beberapa detik kemudian, dia tersentak.

"Mereka dilindungi oleh Rune Kegelapan! Itu sebabnya serangan biasa tidak efektif."

Liam langsung memahami situasi. Rune Kegelapan adalah sihir yang digunakan untuk menahan serangan fisik dan magis biasa, tetapi memiliki kelemahan terhadap serangan berbasis cahaya yang lebih murni.

Aria mengangkat tongkatnya lebih tinggi. "Kita harus menyerang secara bersamaan dengan cahaya murni!"

Liam mengangguk. Dia segera mengumpulkan energi di pedangnya. "Azure Lumina!"

Pedangnya berubah warna menjadi putih kebiruan, mengeluarkan sinar terang yang berdenyut dalam gelombang.

Kael mengikuti, memusatkan energi petir bercampur cahaya di kedua tangannya. "Divine Thunder!"

Aria menyatukan semua energi sihir sucinya. "Celestial Radiance!"

Ketiganya menyerang bersamaan. Cahaya dari serangan mereka bertemu di udara dan meledak ke arah lawan.

BOOOOM!

Suara ledakan mengguncang seluruh kuil. Para pria berjubah hitam berteriak kesakitan saat tubuh mereka terkena ledakan energi cahaya. Rune Kegelapan yang melindungi mereka mulai retak dan akhirnya pecah.

Salah satu dari mereka tersungkur ke tanah dan menghilang dalam kabut hitam. Yang lain mencoba melarikan diri, tetapi Liam tidak memberi mereka kesempatan.

Dengan kecepatan luar biasa, dia melesat ke depan dan menebas salah satu pria berjubah dengan Azure Lumina. Tebasan itu membelah musuhnya dalam sekejap.

Kael menghantam tanah dengan Divine Thunder, menciptakan gelombang listrik yang menghantam lawan yang tersisa, membuat tubuh mereka membeku sebelum akhirnya meledak menjadi partikel hitam.

Ketika semuanya berakhir, hanya ada keheningan. Cahaya fajar mulai menerangi kuil yang kini dipenuhi puing-puing akibat pertempuran.

Liam menghela napas. "Itu… lebih sulit dari yang kuduga."

Aria menyeka keringat di dahinya. "Tapi kita menang. Dan kita mendapatkan sesuatu yang lebih penting—informasi."

Kael memungut potongan jubah hitam yang tertinggal di tanah. "Aku yakin ini bukan serangan terakhir mereka. Mereka pasti merencanakan sesuatu yang lebih besar."

Liam mengangguk. "Kita harus kembali ke Akademi Valthoria dan melaporkan ini."

Tanpa membuang waktu, mereka bertiga meninggalkan Kuil Fushimi Inari, membawa serta pengalaman dan informasi berharga yang akan membawa mereka lebih dalam ke dalam konspirasi gelap yang mengancam dunia…

-----

— To be continued

More Chapters