Angin malam berhembus pelan masuk kedalam kamar Amaris, malam ini bulan tidak menampakkan dirinya karena terhalang oleh beberapa awan yang berkumpul.
Amaris yang masih terbangun saat ini sedang duduk sembari membaca buku dimeja belajarnya.
Terdengar suara ketukan pintu ditengah keheningan malam, Amaris membukanya dan menampakkan Lilith yang sedang membawa nampan berisi teh dan makanan ringan.
Lilith menaruh nampan tersebut diatas meja, kemudian dia pergi ke jendela kamar yang masih terbuka.
Dari atas sana, Lilith melihat seseorang dengan mengenakan sebuah jubah serba hitam berlari menyusuri setiap bangunan asrama red.
Melihat hal itu, Lilith memberitahukan nya pada Amaris.
Setelah mendengar cerita dari Lilith, Amaris hanya bersikap acuh tak peduli pada apa yang akan dilakukan orang tersebut.
"Anda yakin saya tidak perlu menangkapnya ataupun mengikutinya?" Tanya Lilith
"Tak perlu, aku tak peduli pada apa yang akan di lakukan oleh orang itu" jawab Amaris santai
"Tapi belakangan ini banyak sekali murid murid yang kehabisan darah yang diperkirakan ulah Vampire, bagaimana jika orang tadi adalah Vampire yang dibicarakan semua orang?" Tanya Lilith kembali
"Hufttt, mereka tidak ada yang mati! Lagipun orang itu tidak membahayakanku,maka biarkan saja" terang Amaris
"Baik" jawab Lilith singkat sembari menatap tajam pada Amaris
Setelah Amaris selesai menghabiskan teh dan makanan ringan yang Lilith bawa, akhirnya Lilith membereskannya dan kemudian meninggalkan kamar Amaris.
Sebelum pergi, Lilith mengingatkan Amaris untuk menutup jendela kamarnya karena hal yang tak diinginkan bisa terjadi kapan saja.
Amaris pergi mendekati jendela dan segera menutup jendela dengan rapat, belum sempat ia menutup tirai jendelanya, ia tak sengaja melihat dua orang yang entah sedang melakukan apa tapi salah seorang dari mereka adalah salah satu murid dari kelas red.
Amaris menyipitkan matanya pada mereka berdua, terlihat murid dari kelas red itu seperti tak melawan dan matanya menatap dengan tatapan kosong.
Sedangkan orang satunya tak begitu terlihat jelas karena ia memakai sebuah jubah serba hitam seperti yang Lilith bicarakan.
Tak lama kemudian mata Amaris saling bertemu dengan mata orang yang memakai jubah tersebut.
Orang dengan jubah itu langsung pergi setelah saling bertatapan mata dengan Amaris dan meninggalkan murid kelas red yang terkapar setelah dilepaskan pegangannya oleh orang berjubah itu.
Amaris mengambil kesimpulan bahwa murid kelas red itu hilang kesadaran tapi Amaris tak begitu peduli akan hal itu, ia menutup tirai dan kemudian membaringkan tubuhnya diatas kasur yang disusul dengan menutup matanya perlahan hingga tertidur pulas.
Besok paginya saat Amaris baru membuka tirai jendela, terlihat banyak murid murid kelas red yang terlihat panik dan segera mengevakuasi murid yang semalam ia lihat.
Amaris melihat sekeliling asrama tak ada tanda tanda gerbang dibuka secara paksa, yang berarti orang dengan jubah hitam tadi malam memanjat gerbang untuk masuk asrama red. Begitulah kesimpulan Amaris.
Suara ketukan pintu membuyarkan lamunan Amaris yang sedang menatap murid murid kelas red di bawah sana.
Lilith pergi menuju pintu lalu membukanya dan menampakkan Lilith yang sedang berdiri disana.
Setelah dibukakan pintu, Lilith pun masuk dengan membawakan sarapan pagi untuk Amaris.
"Bagaimana pendapat anda?" Ucap Lilith sembari mengganti pakaian Amaris
"Apanya?" Tanya Amaris
"Tentang kejadian semalam, anda melihatnya bukan?" Tanya Lilith
"Oh, entahlah" singkat Amaris
Lilith memakaikan seragam dan kemudian lanjut menyisir rambut Amaris.
"Apa anda tidak khawatir?" Tanya Lilith lagi
"Tentang apa?" Heran Amaris
"Bagaimana jika vampire itu menjadikan anda target selanjutnya karena anda sudah menyaksikan kejadian tadi malam" terang Lilith
"Aku tidak peduli, bukankah kau akan langsung datang jika aku dalam bahaya" santai Amaris
"...."
Lilith hanya tersenyum mendengar jawaban Amaris.
Setelah selesai mengganti pakaian dan menyisir rambut, Amaris pun segera menyantap sarapan yang dibawakan oleh Lilith.
Lilith melihat ke luar jendela dan memperhatikan semua murid disana yang sedang mencari jalan masuk vampire itu.
"Muncul hama yang merepotkan lagi" gumam Lilith pelan
Setelah Amaris menyelesaikan sarapannya, Lilith pun membereskannya kemudian pamit keluar dari kamar Amaris.
Setelah beberapa menit Lilith keluar, Amaris pun keluar dari kamarnya dan segera menuju kelas.
Diperjalanan menuju kelas ia ditemani oleh Calvin yang tak berhenti membicarakan tentang kejadian semalam, yang membuat Amaris sedikit kesal mendengar ocehan Calvin.
Akhirnya mereka berdua sampai di depan pintu kelas dan segera memasuki kelas kemudian duduk di kursinya masing masing.
Semua murid di kelas tak henti-henti membicarakan tentang Vampire yang mulai meneror seluruh akademi. Namun ada satu orang yang tidak begitu membicarakan tentang teror Vampire, yaitu Patsy.
"Bagaimana menurutmu tentang teror Vampire ini?" Tanya Patsy
"Entahlah, aku tidak tertarik" jawab Amaris sembari membaca buku
"Kau benar, aku juga tidak terlalu memikirkan teror konyol ini" terang Patsy kemudian membuka bukunya
Amaris melihat Patsy sebentar kemudian lanjut membaca buku.
Hari ini pembelajaran kelas red hanya dipenuhi dengan pembahasan teror Vampire, hingga akhirnya kelas hanya dilakukan sampai jam pertama saja.
Hari hari berlalu dan teros vampire ini terus merajalela, bukan hanya di kelas blue dan red, tapi kini kelas green dan purple juga terkena teror tersebut.
Karena korban yang semakin banyak dan murid murid yang semakin tidak tenang, akhirnya para pengajar dan trifek mengadakan sebuah pertemuan terkait teror yang semakin merajalela.
Setelah percakapan cukup panjang akhirnya para pengajar dan trifek setuju untuk memasang salib dan menyebarkan bawang putih di gerbang dan disetiap Pintu asrama murid.
Karena manusia percaya bahwa Vampire takut akan sebuah salib dan bawang putih.
Lilith tidak banyak berkomentar tentang cara mereka mengusir Vampire dengan menggunakan salib untuk mencegah Vampire masuk.
"Konyol" gumam Lilith pelan
Awalnya rencana para pengajar dan trifek terlihat berhasil karena sudah satu Minggu belum ada menampakkan korban lagi, semuanya senang termasuk para murid.
Namun selang beberapa hari dari kesenangan mereka, korban dari teror Vampire muncul kembali.
Seisi asrama mulai panik kembali, apalagi setelah mendengar bahwa trifek dari kelas blue dan beberapa pengajar juga kehabisan darah dan tidak sadarkan diri akibat ulah sang Vampire.
Karena kekacauan yang semakin buruk, akhirnya para trifek mengumpulkan para pengajar dan murid yang belum menjadi target dari sang Vampire.
Trifek mengumpulkan semuanya di aula utama akademi dan mulai memeriksa kamar dari masing-masing pengajar dan murid, mereka mulai curiga bahwa Vampire itu adalah salah satu orang dari akademi disini.
Akhirnya setelah penggeledahan yang memakan waktu hingga dua jam itu membuahkan hasil, ada beberapa barang mencurigakan yang terdapat dari dalam kamar asrama blue, yaitu kamar si murid baru.