Cherreads

Chapter 4 - Bab 4 – Gosip di Taman Sekolah

Bab 4 – Gosip di Taman Sekolah

Langit siang itu cerah setelah hujan semalam, taman belakang sekolah dipenuhi murid-murid yang menikmati istirahat makan siang. Di salah satu sudut, di bawah pohon maple besar, beberapa teman perempuan Milim berkumpul sambil mengobrol santai.

"Aku masih gak percaya, Milim bisa sedekat itu sama Arvid..." bisik Selena, salah satu teman sekelas, sambil membuka bekal makan siangnya.

"Aku juga," sahut Clara, teman lain yang dikenal paling blak-blakan. "Maksudku, lihat Milim... dia cantik banget, keren, modis, kaya. Terus, Arvid? Dia kayak... cowok biasa. Biasa banget."

Beberapa anak lain mengangguk setuju. Mereka semua tahu Milim berasal dari keluarga kelas menengah atas—mobil antar-jemputnya selalu lebih bagus dari milik murid lain, pakaiannya selalu stylish meskipun tidak berlebihan, dan sikapnya selalu ramah tapi menjaga jarak. Ia bukan tipe yang mudah didekati sembarangan orang.

Sementara Arvid...

Semua orang tahu Arvid itu baik, tapi tidak menonjol. Penampilannya sederhana, kadang malah terlihat sedikit canggung. Ia lebih sering menghabiskan waktu di perpustakaan atau lab komputer daripada nongkrong bersama yang lain.

"Apa mungkin... dia cuma kasihan sama Arvid?" tebak salah satu dari mereka.

"Atau..." Clara mencondongkan tubuh ke depan, berbisik, "Milim butuh bantuan tugas atau sesuatu?"

Semua tertawa kecil, tapi di antara tawa itu ada nada ketidaknyamanan. Di sisi lain taman, beberapa cowok memperhatikan Milim dari jauh—beberapa dari mereka adalah murid populer yang sejak lama diam-diam menyukai Milim.

Salah satu di antaranya, Brian, menatap kesal sambil menggenggam botol minumnya erat-erat.

"Serius, apa bagusnya si Arvid itu?" gumam Brian dengan suara rendah.

"Dia nerd biasa, bro," sahut temannya. "Milim itu out of his league."

Brian mendengus. Perasaan frustrasi bercampur cemburu membuat suasana hatinya memburuk. Ia sudah beberapa kali mencoba mengajak Milim ngobrol lebih dekat, tapi selalu merasa diabaikan dengan cara halus. Sekarang, tiba-tiba ada "cowok biasa" yang bisa nongkrong sama Milim?

Tentu saja itu membuatnya marah.

---

Di sisi lain, Milim sendiri tidak terlalu peduli dengan omongan orang.

Baginya, Arvid teman yang nyaman diajak bicara—tidak ada tekanan, tidak ada basa-basi. Di tengah dunia yang penuh ekspektasi, Arvid adalah satu dari sedikit orang yang membuatnya merasa bisa bernapas lega.

Dan hari ini pun, tanpa tahu banyak mata yang memperhatikannya, Milim melambaikan tangan riang ke arah Arvid yang baru keluar dari kantin sambil membawa dua minuman.

"Arvid! Sini!" serunya ceria.

Seolah dunia kecil mereka hanya milik berdua, tak peduli gosip apa yang mulai beredar.

---

Sudah satu bulan berlalu sejak Milim dan Arvid mulai menjalankan proyek rahasia mereka: sebuah channel YouTube.

Hasilnya lebih baik dari yang mereka bayangkan.

Mereka telah mengunggah beberapa video, kebanyakan tentang Minecraft—petualangan seru, survival, dan tantangan-tantangan aneh.

Gaya natural Milim dan editing sederhana namun rapi dari Arvid membuat channel mereka cepat menarik perhatian.

Salah satu video mereka bahkan mencapai 100.000 views dalam waktu beberapa minggu, dan subscriber channel mereka sudah menyentuh 7.000 orang.

"Aku masih gak percaya video itu bisa nembus seratus ribu view," ujar Milim sambil menatap grafik naik di layar laptopnya dengan semangat.

Arvid, duduk di sampingnya, tersenyum malu-malu. "Hebat sih, kamu beneran cocok banget di depan kamera."

Milim tertawa. "Tapi tetap aja tanpa kamu, aku gak bakal berani mulai."

Mereka tertawa kecil, menikmati pencapaian mereka.

Namun, semua ini masih menjadi rahasia pribadi—hanya keluarga Milim dan Arvid yang tahu tentang keberadaan channel itu.

---

Di sisi lain, teman-teman sekolah mereka mulai merasa aneh.

Selena, sahabat Milim, memperhatikan perubahan ini dari jauh.

Ia merasa Milim makin sering bersama Arvid—cowok yang selama ini terlihat biasa saja di sekolah.

Bukan cuma Selena yang bingung, beberapa cowok lain yang diam-diam menyukai Milim pun mulai merasa tidak nyaman.

Salah satunya adalah Brian.

Dia bahkan sempat bergumam kesal di kantin, "Apa sih bagusnya cowok kayak Arvid itu?"

Mereka semua tidak tahu bahwa di balik keakraban itu, Milim dan Arvid sebenarnya sedang mengerjakan channel YouTube yang tengah berkembang pesat.

---

Suatu sore di taman sekolah, Milim dan Arvid terlihat duduk berdua di bangku taman.

Mereka tengah berdiskusi seru tentang ide video baru, tertawa-tawa kecil sambil menulis ide di notes ponsel Milim.

Karena sangat fokus, mereka tidak sadar bahwa mereka menjadi pusat perhatian beberapa teman di sekitar.

Tiba-tiba, Selena datang menghampiri. Ia pura-pura santai, tapi rasa ingin tahunya begitu jelas.

"Milim, tumben banget, akhir-akhir ini sering bareng Arvid," ucap Selena dengan nada menggoda. "Ada apa sih sebenernya?"

Arvid langsung kikuk, hampir menjatuhkan ponselnya.

Milim menahan tawa, lalu menjawab dengan santai, "Biasa aja kok, Sel. Lagi ngerjain... proyek kecil."

Selena mengerutkan kening. "Proyek? Kayak apa?"

Milim hanya tersenyum penuh rahasia. "Rahasia, dong!"

Selena tertawa kecil, walau rasa penasarannya makin besar.

Ia pamit dengan senyum, tapi dalam hati bertanya-tanya, apa sebenarnya yang sedang terjadi antara Milim dan Arvid.

Dari kejauhan, Brian yang sedang nongkrong bersama teman-temannya menatap pemandangan itu dengan wajah masam.

"Aku rasa cowok itu cuma numpang tenar aja," gerutunya, tanpa tahu kebenarannya.

---

Setelah menerima email yang mengonfirmasi bahwa channel mereka sudah disetujui untuk monetisasi, Milim merasa dunia berhenti sejenak. Pencapaian ini tak hanya berarti mereka akan mulai menghasilkan uang, tapi juga membuka jalan baru untuk mengenal para penggemar mereka lebih jauh.

Hari itu, Milim membuka aplikasi media sosialnya dan melihat lonjakan pesat dalam jumlah pengikut. Salah satu video mereka yang baru saja diposting mendapatkan lebih dari 100.000 views. "Arvid, lihat ini! Kita dapat banyak komentar!" serunya sambil menunjukkan layar ponselnya.

Arvid mengangguk dengan senyum lebar. "Wah, ini keren banget, Milim!"

Milim tersenyum, namun saat ia mulai membaca beberapa komentar, wajahnya sedikit memerah. Banyak dari mereka yang tidak hanya memuji konten video mereka, tetapi juga—kecantikan Milim.

Salah satu komentar berbunyi:

"Milim, kamu itu cantik banget, nggak nyangka bisa jadi gamer yang keren juga! Kapan nih, collab sama streamer cewek yang lain?"

Komentar lain muncul:

"Milim, kamu lebih cantik daripada semua karakter di Minecraft, loh! Semangat terus!"

Milim terkekeh membaca komentar-komentar itu. "Mereka bahkan bilang aku lebih cantik daripada karakter Minecraft?" katanya sambil tertawa ringan, sedikit malu. "Arvid, kayaknya aku harus berhati-hati nih. Jangan-jangan mereka jadi lebih tertarik sama aku daripada videonya!"

Arvid hanya tersenyum melihat reaksi Milim. "Mungkin mereka benar, Milim. Kamu memang cantik, dan kamu juga sangat berbakat. Pantas saja mereka suka!"

Namun, Milim tidak bisa menahan diri untuk tetap merasa lucu melihat reaksi para penggemarnya. Ia tidak terbiasa menerima pujian tentang penampilannya, lebih sering menerima perhatian karena kepribadiannya yang ceria dan suka bercanda. "Aku nggak tahu harus ngomong apa. Tapi seru juga ya bisa bikin orang senang cuma dengan jadi diri sendiri," katanya sambil tersenyum.

Satu komentar lagi membuat Milim tersenyum geli:

"Aku nggak bisa fokus ke gameplay-nya karena wajah Milim terlalu menarik! Hahaha!"

Milim membaca komentar itu dan berkomentar balik, "Tapi, kalian nggak boleh lupa kalau kita bikin konten untuk hiburan ya, bukan buat jadi model!"

---

Malam itu, Milim memutuskan untuk membalas beberapa komentar dari para penggemarnya. Ia merasa nyaman berbicara dengan mereka, tetapi juga mulai merasa bahwa ada satu sisi dirinya yang kini menjadi sorotan lebih besar—penampilan fisiknya.

Namun, dia memilih untuk tetap fokus pada tujuan utamanya: menikmati perjalanan ini dan memberikan konten yang menyenangkan bagi penggemarnya.

Beberapa penggemar yang masih terus memberikan dukungan menulis:

"Milim, jangan terlalu memikirkan komentar soal penampilan. Kami suka kamu karena kamu keren dan punya semangat yang besar!"

Komentar seperti ini membuat Milim merasa lebih baik dan memberi motivasi untuk terus maju.

---

More Chapters