Ezora masih belum terbiasa dengan keheningan baru di dalam dirinya. Sejak ia bangun dari peristiwa di kapal itu, semuanya terasa… berbeda.
Bukan hanya karena matanya kini bisa melihat pola energi yang tak pernah ia sadari sebelumnya, atau karena ia bisa mendengar suara langkah dari dua lantai di bawahnya. Tapi karena hatinya tahu—sebagian dari dirinya sudah bukan miliknya lagi.
Di ruang observasi, kapal riset itu kini hanya tersisa setengah dari kru awal. Sisanya… hilang saat Eon-9 runtuh di laut dalam. Erro diam di sudut ruangan, matanya—atau apapun yang menyerupai mata—berkilat redup. Ia seperti enggan bicara terlalu banyak.
Ezora berdiri di depan layar besar yang menampilkan peta energi laut. Ada titik merah di sana. Masih berdenyut. Masih aktif.
Light masuk tanpa suara. Ia memegang dua cangkir minuman hangat. Salah satunya ia sodorkan ke Ezora.
"Bagaimana rasanya jadi gadis dengan mata Pandora?" tanyanya setengah bercanda, setengah khawatir.
Ezora tersenyum tipis. "Seperti punya dua jiwa dalam satu tubuh. Aku… kadang bisa dengar dia bicara."
"Dia?"
"Erura. Tapi bukan seperti manusia bicara. Lebih seperti… gema niat. Naluri. Dorongan untuk bangkit. Untuk menghancurkan atau membebaskan. Aku belum tahu mana yang benar."
Light menatap adiknya lama. "Kalau kamu berubah jadi sesuatu yang bukan kamu…"
"Aku harap Kakak orang pertama yang akan menghentikanku," potong Ezora. Serius.
Malamnya, tim berkumpul di ruang konferensi kecil yang tersisa di kapal.
Luna membuka pertemuan. Di tangannya ada tablet berisi data kerusakan Eon-9, kehilangan personel, dan rekaman anomali terakhir.
"Kita nggak bisa ngelaporin ini ke siapa pun," katanya tegas. "Pemerintah akan menghapus semua jejak. Mungkin bahkan kita juga."
"Setuju," Magi menimpali. "Dan jujur aja, aku lebih percaya Ezora sekarang… daripada mereka yang duduk di atas sana."
Asharu duduk menyandar, kaki naik ke meja. "Jadi, kita bikin apa? Klub horor bawah laut?"
Ezora maju. Tatapannya dingin, namun penuh determinasi.
"Kita bikin sesuatu," katanya pelan, "yang bisa menghadapi kebenaran di balik semua ini. Sesuatu yang nggak terikat oleh birokrasi, militer, atau siapa pun."
"Kamu mau kita jalan sendiri?" tanya Luna.
"Aku mau kita bikin jaringan," jawab Ezora. "Kecil, efisien, tersembunyi. Kita kumpulkan data tentang Erura, tentang reruntuhan kuno, tentang anomali yang selama ini dianggap hoaks. Dan kalau bisa… kita temukan yang lain."
"Yang lain?" ulang Light.
"Orang-orang seperti aku. Yang mungkin juga… sudah disentuh oleh sesuatu dari masa lalu."
Sunyi sejenak. Lalu Magi angkat tangan.
"Kalau organisasi ini beneran mau dibuat, kita perlu nama. Branding penting," katanya dengan nada datar.
Ezora menoleh. "Namanya LOST. Legacy of Shadow and Truth."
Asharu tertawa kecil. "Dramatis banget, tapi oke. LOST, huh?"
Ezora menatap satu per satu wajah di ruangan itu. "Kita akan hilang dari radar. Tapi kita akan menemukan yang tak terlihat. Dan jika dunia ini akan hancur, setidaknya kita tahu… kita nggak tinggal diam."
Luna mengangguk perlahan. "Baiklah. LOST lahir malam ini."
Semua sepakat. Tak ada pesta. Tak ada deklarasi.
Hanya enam orang dalam ruangan kecil, dengan luka di hati dan rahasia di pundak—membangun sesuatu yang bisa mengubah arah sejarah manusia.
Sementara itu, di kedalaman laut Zona-9…
Sesuatu mulai bergerak.
Erura tidak hanya membuka matanya.
Ia kini… sedang bangkit.