Dinding-dinding mewah kamar Pangeran Kael terasa bergetar bukan oleh suara alarm, tetapi oleh detak jantung yang berpacu di dalam dada Kael. Keheningan yang mencekik selama berhari-hari di bawah pengawasan Darron kini memekakkan telinga, kontras tajam dengan badai emosi—ketakutan, tekad, kemarahan dingin—yang mengamuk di dalam dirinya. Kilasan ingatan Arven tentang keterbatasan dan kegagalan, tentang rasa tak berdaya saat dunia runtuh, terasa sangat nyata di dalam sangkar emas ini. Tapi pikiran itu segera ditolak. Ia bukan hanya Arven yang kalah. Ia adalah Kael, pangeran di era ini, dengan kesempatan kedua.
Pesan terakhir telah terkirim melalui bisikan digital Arken dalam kabel-kabel tua istana: "Malam ini. Pergantian ketiga. Gangguan timur. Titik akses bawah. Berharap berhasil." Sebuah harapan yang diletakkan pada sekutunya di luar, sebuah rencana rapuh yang kini akan diuji.
Saat jam istana yang kuno berdentang menunjukkan pergantian penjaga ketiga—suaranya menggema melalui lorong-lorong yang sunyi—setiap saraf Kael menegang. Ia berpura-pura tidur, napasnya teratur, tetapi di bawah selimut, tangannya mencengkeram Nullifier Palm yang disamarkan. Di luar pintu, suara sepatu bot penjaga loyal Darron terdengar bergeser, kelelahan dalam nada suara mereka.
Lalu, itu datang. Bukan sekadar bunyi alarm samar seperti yang ia harapkan, tetapi raungan yang lebih keras. Suara sirine darurat istana memekakkan telinga, bergema dari sayap timur. Diikuti oleh teriakan panik dan langkah kaki bergegas. Kebakaran. Lebih dari sekadar gangguan kecil. Aelira atau Solen... mereka telah mengambil risiko yang jauh lebih besar.
"Konfirmasi: Kebakaran di gudang suplai sayap timur. Meluas dengan cepat. Api Magitek, sulit dipadamkan dengan sarana standar era ini tanpa keahlian khusus," Arken melaporkan, nada analitisnya hanya menambah urgensi yang mengerikan. Api Magitek. Itu bukan kecelakaan biasa. Ini adalah pengalihan perhatian yang dirancang untuk memaksimalkan kekacauan. Harga dari kepercayaan sekutunya terasa berat di pundak Kael. Aelira, Solen... mereka mempertaruhkan segalanya.
Di luar pintu, para penjaga Kael bergumam gelisah.
"Kebakaran besar!"
"Kita harus pergi membantu!"
"Perintah kita jelas! Melindungi Pangeran!"
"Tapi ini api Magitek! Itu bisa menyebar ke mana-mana!"
Kael mendengarkan perdebatan singkat mereka, merasakan keraguan menggerogoti kesetiaan mereka kepada Darron di hadapan bahaya nyata yang mengancam seluruh istana. Ini adalah celah yang ia butuhkan. Momen ketika tugas mereka kabur di tengah kekacauan yang lebih besar.
Mengabaikan rasa sakit di otot-ototnya yang belum sepenuhnya pulih, Kael meluncur dari tempat tidur. Gerakannya senyap, efisien—gerakan seorang prajurit yang telah dilatih, yang dibimbing oleh efisiensi mematikan dari ingatan Arven. Dia menyelinap ke pintu, Nullifier Palm di tangan, disembunyikan di bawah lengan jubah tidurnya.
Dia membuka sedikit pintu, mengintip keluar. Kedua penjaga menghadap ke arah koridor yang lebih jauh, mata mereka terpaku pada cahaya merah jingga yang kini terlihat memantul di ujung lorong dan suara teriakan yang semakin dekat. Wajah mereka pucat pasi karena takut.
Sekarang.
Dalam sepersekian detik, Kael mengaktifkan Nullifier Palm, memfokuskannya pada panel kontrol Magitek kecil di samping kusen pintu, yang mengontrol segel elektronik. Cahaya redup perangkat itu berdenyut, menyalurkan energi disruptif. Panel itu berkedip-kedip liar, mengeluarkan percikan singkat, lalu padam dengan bunyi krak yang tajam. Segel Magitek putus.
Bersamaan dengan itu, Kael mengarahkan pulsa yang lebih terfokus pada alat komunikasi yang dibawa oleh penjaga yang terdekat. Alat itu berdesis dan mengeluarkan asap tipis, layarnya mati.
"Apa—?! Peralatanku!" seru penjaga itu, terkejut.
"Pintu—!" teriak penjaga lainnya, yang kini berbalik.
Tapi Kael sudah bergerak. Dia membuka pintu yang tidak lagi terkunci Magitek, meluncur keluar bagai bayangan. Dia tidak berhenti untuk bertarung. Tujuannya bukan pertempuran, melainkan pelarian.
"Pangeran! Dia kabur!"
"Kejar dia! Jangan biarkan dia menghilang!"
Suara mereka panik di belakangnya, tetapi keributan di sayap timur, raungan api, dan sirene yang memekakkan telinga menenggelamkan teriakan mereka. Kael berlari, paru-parunya membakar, setiap langkah terasa seperti penderitaan, tetapi adrenalin mendorongnya. Dia mengambil belokan tajam, masuk ke koridor yang lebih gelap dan jarang dilalui. Arken memproyeksikan rute optimal ke benaknya, menyoroti titik-titik buta patroli Darron dan jalur layanan lama yang bisa ia gunakan.
Dia adalah bayangan di labirin batu. Suara pengejaran di belakangnya mereda, tertelan oleh kekacauan kebakaran dan kompleksitas tata letak istana. Namun, dia tahu ini hanya masalah waktu. Darron akan segera diberitahu. Dia akan tahu Kael telah melarikan diri, dan dia akan menebak ke mana Kael akan pergi.
Arken memperingatkan tentang patroli sporadis di jalur yang ia ambil. "Patroli keamanan rutin di sektor Beta-9, 50 meter di depan. Rekomendasi: Masuk ke ceruk tersembunyi di sebelah kanan. Menunggu lewat."
Kael merangkak masuk ke ceruk sempit di dinding, bersembunyi di balik tumpukan gulungan debu yang dilupakan. Dia bisa mendengar langkah kaki patroli lewat di dekatnya, percakapan mereka teredam, membahas kebakaran. Begitu mereka lewat, Kael melanjutkan perjalanannya.
Dia merasakan kelelahan yang mendalam dari misi gunung membebani setiap langkah, namun ketakutan akan tertangkap dan tekad untuk mencapai deposit memberinya kekuatan yang dipaksakan. Dia berpikir tentang Aelira, tentang risiko yang diambil Solen. Harga dari pengalihan perhatian itu. Dia tidak bisa menyia-nyiakannya.
Dia semakin dekat dengan menara utama. Area ini seharusnya dijaga lebih ketat. Jantung Kael berdebar kencang, antisipasi dan ketakutan bercampur. Dia melambat saat mendekati pintu masuk ke area bawah tanah yang disegel. Cahaya samar memancar dari segel Magitek yang rumit. Dan, seperti yang diharapkan, dua penjaga berdiri di sana. Mereka mengenakan armor resimen Solen.
Kael keluar dari bayangan, kedua tangan terlihat, berusaha memancarkan ketenangan yang tidak ia rasakan. "Prajurit," katanya, suaranya rendah tetapi jelas. "Ini aku. Pangeran Kael."
Kedua prajurit itu menoleh, tombak energi mereka terangkat dengan cepat, lalu terhenti saat mengenali wajahnya. Keterkejutan tergambar jelas di wajah mereka. "Yang Mulia Pangeran?" kata salah satu dari mereka, Prajurit Borin, yang Solen sebutkan. "Anda... Anda seharusnya..."
"Saya tahu apa yang seharusnya terjadi," potong Kael, melangkah mendekat. Dia melihat kebingungan dan keraguan di mata mereka. Loyalitas mereka kepada Solen kuat, itu jelas. Tapi perintah Raja untuk menyegel area ini dan menjaga Kael... itu juga jelas. "Dengarkan saya. Ada ancaman yang tidak kalian pahami. Jenderal Solen tahu. Katakan padanya... 'resonansi sudah bergeser'. Dia akan tahu apa artinya itu."
Frasa kode. Uji coba kepercayaan.
"Resonansi sudah bergeser?" Prajurit yang lain mengulang, ekspresinya bingung.
"Ya," Kael menegaskan, matanya menatap lurus ke mata Borin. "Jenderal menunggu sinyal itu. Ini darurat. Saya harus masuk ke bawah sana. Sekarang." Dia mengacungkan Nullifier Palm yang disamarkan. Dia harus bertindak, memecah kebuntuan. Waktu terus berjalan. Darron akan segera menyadari kepergiannya.
Melihat tekad di mata Kael, mendengar frasa kode yang jelas-jelas bukan omong kosong, dan mungkin mengingat kepercayaan Solen yang tidak biasa pada penilaian Pangeran... Prajurit Borin membuat keputusan berisiko.
"Hubungi Jenderal!" perintah Borin kepada rekannya. "Beri tahu dia apa yang dikatakan Pangeran! Cepat!"
Saat rekannya buru-buru mengaktifkan alat komunikasinya, Kael sudah bergerak. Dia melangkah maju, mengarahkan Nullifier Palm langsung ke segel Magitek yang kompleks di pintu. Tidak ada waktu untuk penjelasan lebih lanjut atau menunggu izin. Dia harus menghancurkan segel ini.
"Yang Mulia Pangeran, jangan!" seru Borin, mencoba menghentikannya.
Kael mengabaikannya. Dia mengaktifkan Nullifier Palm. Sinar energi terfokus menabrak segel itu.
Segel Magitek meraung kesakitan. Rune energinya berkedip-kedip liar, memancarkan cahaya yang tidak stabil, berusaha menahan gangguan. Kael merasakan energi kembali menyerang lengannya, Nullifier Palm bergetar hebat. Dia harus mengerahkan sisa kekuatannya, fokus, memaksa perangkat itu bekerja. Kilasan ingatan Arven tentang memecah sistem keamanan yang jauh lebih canggih memberinya panduan intuitif.
"Mengganggu segel... Progres: 80%... 90%... Mencapai titik kritis... Energi berlebih terdeteksi... Risiko feedback," Arken memperingatkan, suaranya lebih mendesak.
Tekanan di pergelangan tangan Kael meningkat drastis. Segel Magitek itu melawan dengan putus asa. Rune-rune kuno bersinar terang, hampir membutakan. Udara di sekitar pintu berdengung dengan energi yang tidak stabil. Ini bukan hanya teknologi Magitek; ini adalah pertarungan energi yang rawat.
Dengan bunyi retakan yang memekakkan telinga dan ledakan cahaya biru kehijauan, segel Magitek itu pecah berkeping-keping. Pecahan logam dan kristal Magitek berhamburan, rune energinya padam sepenuhnya. Mekanisme penguncian modern itu telah dihancurkan.
Kael terhuyung mundur, terengah-engah, Nullifier Palm mengepulkan asap tipis, energinya terkuras habis. Dia berhasil. Pintu itu terbuka.
Prajurit Borin dan rekannya menatap pemandangan itu dengan mata terbelalak, mulut sedikit terbuka karena tak percaya. Pangeran muda yang seharusnya rapuh itu baru saja menghancurkan segel Magitek yang kuat hanya dengan perangkat kecil.
"Dia... dia melakukannya," gumam rekan Borin, suaranya terbata-bata.
Borin, setelah pulih dari keterkejutannya, menatap Kael, lalu pintu yang terbuka, lalu kembali ke Kael. Frasa kode itu, api di sayap timur, dan sekarang ini... keraguannya hilang digantikan oleh tekad yang bulat. Solen mempercayai Pangeran ini, dan Pangeran ini jelas bisa melakukan hal-hal yang luar biasa.
"Pangeran Kael," kata Borin, suaranya sekarang tegas. "Masuklah. Kami akan menjaga pintu ini. Tidak ada yang akan melewati kami."
Kael mengangguk pada mereka, rasa terima kasih yang mendalam melintas di matanya. Loyalitas. Sesuatu yang jarang ia temukan murni di Kaelvan 2050.
Dia meraih pegangan pintu logam yang berat itu. Segel Magiteknya hancur, tetapi pintu fisiknya masih kokoh. Dengan susah payah, ia menariknya terbuka, berderit pelan, menampakkan tangga batu yang curam menurun ke dalam kegelapan pekat di bawah.
Saat Kael melangkah masuk, Arken memberinya laporan yang mengerikan.
"Deteksi: Aktivasi sistem alarm di sektor menara utama. Sumber: Kerusakan segel Magitek. Pemberitahuan dikirim ke... Komando Keamanan Istana Utama. Dan... data menunjukkan salinan pemberitahuan dikirim langsung ke terminal pribadi Darron Valerian," Arken melaporkan, suaranya kini penuh urgensi yang dingin.
Darron telah diberitahu. Dia akan tahu segelnya telah dilanggar. Dia akan tahu Kael yang melakukannya. Dan dia akan tahu di mana Kael berada.
"Analisis: Interval waktu hingga kedatangan pasukan Darron di area ini... Prediksi: 3-5 menit," Arken memperkirakan.
Tiga sampai lima menit. Tidak banyak waktu.
Kael menuruni tangga batu, lentera Magitek kecilnya memancarkan cahaya redup ke dalam kegelapan yang menelan segalanya. Udara di bawah terasa lebih dingin dan lembap, membawa aroma deposit kristal yang samar. Dia sudah kembali ke perut istana, ke tempat rahasia yang Astrion incar, tempat Darron temukan, tempat Elara Vance mengenali Arven.
Namun, dia tidak sendirian di kedalaman itu. Darron dan anak buahnya akan segera menyusul, mengejar di belakangnya. Dan di depan, di kegelapan yang menunggu, terbaring rahasia deposit kristalin dan mungkin... bahaya lain yang belum diketahui. Dia telah memecah sangkar, tetapi dia melompat ke dalam jurang. Pertarungan sesungguhnya di bawah tahta baru saja dimulai, dan lonceng pengejaran sudah berdentang.