Cherreads

Chapter 4 - Bab 3 – Percakapan di Balik Senyap

Bab 3 – Percakapan di Balik Senyap

Cahaya matahari pagi menyusup masuk lewat celah jendela, menyinari lantai kayu rumah Arkas yang hangat. Udara masih lembap dengan embun, dan aroma hutan yang segar menggantikan bau darah dan tanah dari malam sebelumnya.

Reno duduk di pinggir tempat tidurnya, memegangi kepala dengan satu tangan. Keringat dingin membasahi pelipisnya meskipun udara pagi begitu sejuk. Ia baru saja terbangun dari mimpi yang aneh dan menghantui—bertemu dirinya sendiri, mengenakan mahkota, dengan tatapan kosong dan suara penuh tanya.

"Siapa aku sekarang…?"

Bisikan dari mimpinya itu masih menggema di benaknya. Ia belum punya jawaban. Mungkin karena ia sendiri belum tahu apakah dirinya masih seorang pangeran… atau hanya anak lelaki yang tersesat jauh dari waktu dan tempat yang ia kenal.

Suara langkah kaki berat mendekat dari arah dapur. Suara khas sepatu Arkas yang sedikit berderit tiap kali menyentuh lantai kayu. Reno menenangkan napasnya dan bangkit, lalu membuka pintu kamar.

"Sudah bangun?" tanya Arkas sambil menyendok bubur dari panci besar ke dalam mangkuk tanah liat. "Kau tidur seperti batu setelah semalam."

Reno tersenyum kecil. "Mimpi buruk."

"Bagian dari pelatihan mental," jawab Arkas santai sambil duduk di meja. Ia menunjuk mangkuk kedua. "Sarapan dulu. Setelah itu kita bicara."

Reno mengambil tempat duduk dan mulai makan dalam diam. Beberapa luka kecil di lengannya masih terasa perih, tapi tidak terlalu mengganggu. Tubuhnya pegal, tapi dia tahu itu adalah hasil dari pertarungan mereka melawan beast malam itu.

Arkas makan dengan tenang, matanya sekali-sekali menatap Reno. Setelah mereka selesai, lelaki tua itu meletakkan mangkuknya dan bersandar di kursi.

"Ada yang ingin kau tanyakan, Reno?"

Reno menatapnya, agak terkejut. Tapi kemudian ia mengangguk pelan. "Tadi malam… makhluk itu. Kenapa bisa muncul di dekat desa? Apa itu hal biasa?"

Arkas menghela napas panjang. "Tidak. Bahkan aku belum pernah melihat beast jenis itu muncul sedekat ini dari pemukiman. Biasanya mereka hanya muncul jauh di dalam hutan, atau di batas pegunungan. Tapi yang ini… dia seolah sengaja datang."

"Apakah itu berarti... sesuatu sedang terjadi?"

"Sesuatu sudah terjadi," jawab Arkas serius. "Aku belum tahu apa, tapi sejak beberapa minggu lalu, hewan-hewan kecil pergi, udara berubah, dan makhluk liar jadi lebih agresif. Ada desas-desus tentang retakan di ruang antara."

"Ruang antara?"

Arkas menatap Reno, lalu bangkit dan mengambil sepotong arang dari perapian. Ia menggambar di lantai—lingkaran besar, dengan dua dunia yang saling bersisian, dipisahkan oleh garis tipis.

"Ada dunia kita," katanya sambil menunjuk sisi kiri. "Dan ada yang lain. Tempat asal sebagian besar beast itu. Dunia antara dunia. Biasanya tertutup rapat. Tapi kadang, kalau ada 'gangguan besar', batas itu bisa retak sedikit."

"Dan beast masuk ke dunia kita?"

"Ya. Tapi mereka tidak hanya tersesat. Yang kuat akan merasa tertarik ke titik-titik tertentu—tempat di mana energi atau kekuatan tidak biasa mengalir."

Reno terdiam. Dalam hatinya, ia bertanya-tanya—apakah dirinya adalah salah satu dari titik yang dimaksud? Ataukah kemunculan beast itu hanya kebetulan?

Tapi ia menahan pertanyaan itu. Ia tidak ingin membiarkan Arkas tahu siapa dirinya sebenarnya.

"Kalau begitu… bagaimana desa ini? Apakah aman?"

Arkas tersenyum miring. "Untuk sekarang, ya. Tapi jika lebih banyak beast seperti semalam datang, kita harus mempertimbangkan untuk mengevakuasi sebagian penduduk ke kota tetangga. Itu juga alasan aku ingin kalian siap."

Reno menunduk. "Aku… tidak sekuat itu."

Arkas tidak menjawab seketika. Ia hanya menatap Reno dengan pandangan yang tidak menghakimi, tapi penuh penilaian.

"Kau tahu, Reno… kekuatan itu bukan soal seberapa keras kau memukul, atau seberapa besar ledakan yang bisa kau buat. Tapi soal seberapa banyak yang bisa kau lindungi ketika semuanya runtuh."

Reno mengangkat wajahnya, bertemu pandang dengan pria tua itu.

"Aku lihat itu di matamu semalam," lanjut Arkas. "Kau ketakutan, tapi kau tetap berdiri. Itu cukup."

Reno mengerjap. Dadanya terasa hangat dan berat dalam waktu bersamaan.

Arkas berdiri, lalu menuju rak kayu dan menarik keluar gulungan peta tua. Ia membentangkannya di meja.

"Beberapa hari ke depan, kita akan melakukan perjalanan ke kota terdekat, Karden. Kita butuh pasokan, senjata baru, dan mungkin sedikit informasi tentang apa yang sedang terjadi."

"Semua orang ikut?"

"Belum tentu. Aku ingin kau ikut. Juga Leo dan Kain. Mira dan Lian mungkin menyusul nanti. Ini bukan misi berbahaya, hanya perjalanan penguatan diri dan pengamatan. Tapi bisa saja kita mendapat kejutan."

Reno menatap peta itu. Kota Karden ada di selatan, melewati lembah dan hutan kecil. Perjalanan setidaknya dua hari dengan jalan kaki. Tapi lebih dari itu, ia merasa… perjalanan itu akan mengubah sesuatu.

"Apa aku akan cukup berguna di sana?" tanyanya pelan.

Arkas menoleh dan tertawa. "Kau bahkan lebih berguna dari yang kau kira. Kadang kita hanya perlu berjalan keluar pintu untuk mengetahuinya."

Reno mengangguk. Dalam hatinya masih banyak tanya. Tentang beast, tentang dunia antara, tentang siluet gadis misterius yang muncul setelah pertarungan… dan tentang dirinya sendiri.

Tapi satu hal kini jelas—perjalanan mereka belum selesai.

Dan mungkin, kota Karden akan membuka satu pintu baru.

More Chapters