Hutan Roh Kuno terbentang luas di timur Benua Langit Tak Bertepi, dikelilingi kabut tebal yang membawa hawa dingin dan misterius. Pohon-pohon raksasa menjulang tinggi, daun-daunnya bergerak seolah hidup, dan suara-suara aneh terdengar dari dalam hutan—bisikan kuno yang seolah berbicara dalam bahasa yang tidak dikenal. Udara terasa lembap dengan bau tanah dan lumut, dan setiap langkah terasa seperti melangkah ke dunia lain.
Wei Chen, Li Qing, Zhao Yan, Su Ling, Feng Huo, Xiao Mei, Liang Shu, dan Gu Tao melangkah masuk ke dalam hutan, pedang dan senjata mereka siap di tangan. Setelah serangan pasukan Sekte Naga Darah di Lembah Angin Berbisik, mereka tahu bahwa bahaya yang lebih besar menanti di depan. Tapi mereka tidak punya pilihan—Batu Penyegel Suci, yang diperlukan untuk menutup celah-celah Dunia Iblis, ada di dalam hutan ini.
"Tempat ini… terasa hidup," gumam Su Ling, matanya menyipit penuh kewaspadaan. "Aku merasa ada yang mengawasi kita."
Li Qing mengangguk, pedang peraknya berkilau samar di bawah cahaya redup yang menembus kanopi hutan. "Hutan Roh Kuno dikenal sebagai tempat tinggal roh-roh kuno dan binatang iblis," katanya, suaranya tegas. "Kita harus tetap bersama dan waspada."
Zhao Yan memutar tombak emasnya, senyum ceria menghiasi wajahnya meski suasana tegang. "Tenang saja, Kakak Sulung!" katanya, suaranya penuh semangat. "Kita sudah melewati banyak bahaya. Hutan ini tidak akan menghentikan kita, benar, Chenchen?"
Wei Chen mengangguk, pedang kayunya terhunus, matanya penuh tekad. "Benar, Kakak Kedua," jawabnya, suaranya tegas. "Aku… aku akan melindungi kalian semua." Namun, di dalam hati, firasat buruk yang ia rasakan sejak Lembah Angin Berbisik semakin kuat.
Mereka melangkah lebih dalam ke hutan, melewati pohon-pohon raksasa yang seolah berbisik satu sama lain. Tiba-tiba, suara langkah kaki terdengar dari kejauhan, diikuti oleh hawa dingin yang membawa bau darah. Puluhan kultivator berjubah merah darah muncul dari balik kabut, pedang mereka terhunus, mata mereka penuh kebencian. Itu adalah pasukan Sekte Naga Darah yang lebih besar dari sebelumnya, dipimpin oleh seorang kultivator tua dengan aura mengerikan—salah satu tetua Sekte Naga Darah, bernama Elder Hu."
Anak-anak Puncak Awan Suci!" teriak Elder Hu, suaranya penuh kebencian. "Kalian tidak akan pernah mendapatkan Batu Penyegel Suci! Atas perintah Tuan Mo Tian, kalian akan mati di sini!"
Li Qing langsung bergerak, pedang peraknya menciptakan gelombang energi perak yang ganas—Tebasan Awan Penghancur. Gelombang itu menghantam beberapa kultivator musuh, tapi Elder Hu melangkah maju, pedangnya yang berwarna merah tua menciptakan gelombang energi darah yang menghalau serangan Li Qing.
Zhao Yan melompat ke depan, tombak emasnya berputar, menciptakan angin puyuh emas—Tombak Emas Penusuk Langit. Angin puyuh itu menghabisi beberapa musuh, tapi jumlah mereka terlalu banyak. Xiao Mei, Liang Shu, dan Gu Tao juga bergabung dalam pertarungan, masing-masing melancarkan teknik mereka—Angin Puyuh Kelopak Bunga, Mantra Penyegel Roh, dan Tinju Awan Guntur—untuk menghadapi musuh.
Su Ling melemparkan vial racun kecil, menciptakan Kabut Racun Bunga yang melemahkan musuh, sementara Wei Chen berdiri di sampingnya, melancarkan Tebasan Awan Murni untuk melindunginya. Namun, qi-nya kembali bergetar liar, dipicu oleh kemarahan yang membakar di hatinya saat ia melihat kakak-kakaknya terluka."
Chenchen, fokus!" teriak Feng Huo, serulingnya memainkan Nada Penghancur Jiwa. Gelombang suara itu menghantam beberapa musuh, tapi Elder Hu melangkah maju, pedangnya menciptakan gelombang energi darah yang lebih kuat—Gelombang Darah Penghancur Jiwa. Gelombang itu melesat ke arah Feng Huo, dan ia tidak sempat menghindar.
"Feng Huo!" teriak Wei Chen, matanya melebar penuh kengerian. Ia melompat ke depan, mencoba menghalau serangan itu dengan Tebasan Awan Murni, tapi ia terlambat. Gelombang energi darah itu menghantam Feng Huo, merobek dadanya, dan membuatnya terpental ke belakang, jatuh ke tanah dengan keras.
"Tidak!" Wei Chen berlari ke arah Feng Huo, jatuh berlutut di sampingnya, tangannya gemetar saat memegang tubuh kakaknya. Darah mengalir deras dari luka Feng Huo, wajahnya pucat, tapi ia masih tersenyum tipis, senyum yang penuh kehangatan meski ia berada di ambang kematian.
"Chenchen… kau… kau sudah jadi lebih kuat…" gumam Feng Huo, suaranya lemah. "Aku… aku bangga padamu… jangan… jangan menyerah… lindungi yang tersisa…" Napasnya terputus, matanya terpejam, dan tangannya yang memegang seruling jatuh ke tanah.
"Feng Huo! Kakak Ketiga!" teriak Wei Chen, air matanya menetes tanpa henti. Ia memeluk tubuh Feng Huo yang kian dingin, hatinya hancur berkeping-keping. Rasa bersalah, kemarahan, dan kesedihan bercampur menjadi satu, dan untuk pertama kalinya, ia merasakan kebencian yang begitu dalam terhadap Sekte Naga Darah.
Li Qing, Zhao Yan, Su Ling, dan yang lainnya segera menghabisi sisa pasukan Sekte Naga Darah, termasuk Elder Hu, yang akhirnya jatuh di tangan Li Qing. Namun, kemenangan itu terasa hampa. Mereka berlari ke arah Wei Chen, wajah mereka penuh kesedihan saat melihat Feng Huo yang telah tiada.
"Feng Huo…" gumam Su Ling, air matanya menetes. "Kakak Ketiga… kenapa…"Zhao Yan mengepal tangan, matanya penuh kemarahan. "Sekte Naga Darah… mereka akan membayar untuk ini!" teriaknya, suaranya penuh dendam.
Li Qing menunduk, tangannya mencengkeram pedang perak dengan erat. "Kita… kita harus melanjutkan misi ini," katanya, suaranya berat. "Demi Feng Huo… demi dunia ini.
"Wei Chen masih memeluk tubuh Feng Huo, air matanya bercampur dengan darah di tanah. "Aku… aku tidak bisa melindunginya…" gumamnya, suaranya penuh rasa bersalah. "Aku… aku terlalu lemah…"
Tiba-tiba, suara gemuruh terdengar dari dalam hutan, diikuti oleh hawa dingin yang lebih kuat dari sebelumnya. Pohon-pohon di sekitar mereka bergerak, dan suara bisikan kuno terdengar lebih jelas. "Kalian… mengapa datang ke sini…?" suara itu bergema, penuh wibawa dan misteri.
Li Qing mengangkat pedangnya, matanya menyipit. "Itu… roh kuno," katanya, suaranya penuh kewaspadaan. "Mereka penjaga Hutan Roh Kuno… dan mungkin penjaga Batu Penyegel Suci."
Wei Chen menatap ke arah suara itu, tangannya mengepal erat, air matanya masih mengalir. "Aku… aku akan melanjutkan misi ini," gumamnya, suaranya penuh tekad meski penuh kesedihan. "Demi Kakak Ketiga… demi ibu dan ayahku… aku tidak akan menyerah."
Di markas Sekte Naga Darah, Mo Tian dan Saudara Gu menatap cermin kuno, senyum licik menghiasi wajah mereka. "Feng Huo mati… bagus," kata Saudara Gu, suaranya penuh rencana jahat. "Kehilangan ini akan mendorong bocah itu lebih jauh ke dalam kegelapan."
Mo Tian mengangguk, matanya menyala penuh kebencian. "Di Hutan Roh Kuno, kita akan hancurkan dia sepenuhnya," gumamnya, suaranya penuh dendam. "Dan Relik Darah Abadi akan menjadi milikku."
Di tengah Hutan Roh Kuno yang penuh misteri, Wei Chen berdiri dengan pedang kayunya terhunus, matanya menyala penuh tekad meski hatinya hancur. Kematian Feng Huo telah mengubahnya—ia tidak lagi naif, dan dunia kultivasi yang kejam terus mengujinya dengan cara yang paling menyakitkan.