Langit di atas Lembah Silara selalu diselimuti kabut. Di sinilah langit bertemu dengan gunung, dan rahasia dunia bersembunyi di antara angin dan bayangan. Tak ada manusia yang berani masuk terlalu jauh ke lembah ini. Kecuali satu.
Chloe, seorang perempuan dengan mata lembut dan hati yang tabah, dulunya hanya seorang penjelajah. Namun takdir membawanya bertemu dengan Rimosa—seekor naga tua, bijak, dan berwibawa, penjaga langit utara. Cinta mereka bukanlah hal yang mudah diterima. Manusia takut pada naga. Naga menganggap manusia lemah dan licik.
Namun dari persatuan terlarang itu lahirlah aku.
Namaku Vilma. Aku terlihat seperti manusia kebanyakan—rambutku hitam, tubuhku kecil dengan tinggi 156 cm. Tapi ada satu hal yang tak bisa kusembunyikan: mataku. Kuning menyala dengan lima pupil yang mengelilingi irisnya. Orang-orang selalu berkata, "Matamu mengerikan." Padahal, aku hanya menatap mereka dengan rasa ingin tahu.
Sejak kecil, ibu membesarkanku di rumah kayu tersembunyi, jauh dari desa. Ayah hanya datang saat langit gelap dan kabut menutupi bulan. Ia akan membisikkan dongeng naga ke telingaku sebelum tidur, dan mengajariku mendengar nyanyian angin.
"Akan tiba saatnya kau berubah," kata Ayah. "Saat usiamu menginjak delapan belas, darah naga akan bangkit dalam dirimu. Saat itulah dunia akan memperlihatkan wajah aslinya."
Dan benar. Di hari ulang tahunku yang ke-18, semuanya berubah.
Aku mendengar teriakan dari arah desa. Api. Panik. Chloe, ibuku, berlari ke arahku dengan luka di pundaknya.
"Vilma... lari..." bisiknya.
Tapi aku tidak bisa. Sesuatu dalam diriku terbakar. Jantungku berdentum, mata menyala, kulitku mulai bersisik. Aku meraung.
Aku berubah.
Sayap muncul dari punggungku. Cakar menggantikan jari. Dan saat aku membuka mata, aku melihat manusia yang ketakutan. Mereka tidak melihat seorang anak yang ingin menyelamatkan ibunya. Mereka melihat monster.
Aku ingin berteriak, ingin berkata: "Aku bukan musuh kalian." Tapi suaraku hanya menjadi gemuruh naga yang menggetarkan tanah.
Di sinilah kisahku dimulai—kisah seorang anak dua dunia, yang tak diterima di manapun, tapi memiliki api yang bisa menyelamatkan semuanya... atau membakar segalanya.
---
Api masih menyala di kejauhan, menyulut langit menjadi merah gelap seperti darah. Tubuhku terasa asing—terlalu besar, terlalu kuat, terlalu panas. Tapi di dalam dada, aku tetap Vilma. Aku tetap anak dari Chloe dan Rimosa.
"Aku harus... Ibu!"
Aku menoleh, mencari sosok ibu di antara reruntuhan dan kepulan asap. Di sana, tubuhnya terbaring lemah. Luka di pundaknya semakin dalam, darah membasahi bajunya. Tapi dia tersenyum saat melihatku, meskipun matanya penuh kesakitan.
"Vilma... kau indah..." bisiknya.
Aku mendekat, berlutut di sisinya dengan gerakan kikuk—sayapku merobohkan satu batang pohon kecil. Cakarku tak bisa menggenggam tangannya. Aku ingin memeluknya, tapi tubuhku terlalu besar. Terlalu berbahaya.
"Lari, Nak. Mereka akan datang dengan tombak dan api... mereka takkan mengerti."
Teriakan dan derap kaki mendekat. Aku bisa merasakannya. Penduduk desa membawa obor dan senjata, dipimpin oleh seorang lelaki berpakaian baja—wajahnya dingin dan penuh dendam. Komandan Elreth. Aku mengenalnya. Dulu dia sering membawa roti ke desa, bercerita pada anak-anak. Tapi sekarang, matanya menatapku seperti aku adalah bencana yang harus dilenyapkan.
"Monster itu membunuh Chloe!" teriak seseorang.
"Bakar dia!"
"Jangan beri dia kesempatan berubah!"
Tapi mereka salah. Aku tidak membunuh siapa pun. Aku baru saja bangun dari tidur panjang jati diriku. Dan yang kulihat... adalah dunia yang menolak wujudku.
Aku berdiri. Napasku berat, menggetarkan udara. Api muncul di tenggorokanku, seperti bisikan dari darah naga yang selama ini tertidur. Aku tidak ingin melawan, tapi aku juga tidak bisa mati di sini.
Mata ibuku menatapku lembut.
"Jangan biarkan mereka mematikan cahaya dalam dirimu, Vilma... kau bukan kutukan. Kau adalah jembatan."
Dan dengan satu kepakan sayap, aku terbang menjauh. Menembus langit yang kelabu, menembus awan, menembus kebencian. Aku meninggalkan rumahku, ibuku, dan masa kecilku yang hangus terbakar.
Tapi aku bersumpah… aku akan kembali. Bukan untuk membalas dendam. Tapi untuk membuktikan bahwa aku bukan sekadar api di antara dunia.
Aku adalah nyala yang bisa menyalakan harapan.
---