Cherreads

Chapter 11 - Teman Baru

"permisi nona" ucap Lilith dari balik pintu

"Masuklah, pintu tidak ku kunci" jawab Amaris

"Kenapa tidak mengunci pintu?" Tanya Lilith sembari memakaikan seragam pada Amaris

"Agar kau bisa langsung masuk" jawab Amaris

"Tapi bagaimana jika bukan saya yang masuk?" Tanya Lilith lagi

"Bukankah kau akan langsung datang jika memang orang tersebut membahayakan aku" santai Amaris

Lilith hanya tersenyum mendengar jawaban Lilith.

Setelah selesai memakaikan dan merapikan rambut Amaris, Lilith pun permisi meninggalkan kamar Amaris.

Amaris membuka tirai jendela asrama yang membuat cahaya matahari pagi masuk menyinari seisi ruang kamar.

Amaris melihat sekeliling asrama dan mulai terpaku oleh lamunannya sendiri.

Tok tok tok~

Suara ketukan pintu terdengar dan membuyarkan lamunan Amaris.

"Amariss, Selamat pagi!!! Kamu sudah bangun?" Teriak Calvin dengan nada ceria dari balik pintu

Pintu terbuka dan menampakkan wajah kesal Amaris.

"Bisakah kau tidak berisik, ini masih pagi" kesal Amaris

Calvin terpaku dengan penampilan Amaris yang mengenakan seragam akademi.

Seragam hitam dengan motif berwarna merah dan sedikit campuran warna putih, benar benar terlihat cocok dikenakan oleh Amaris.

Baju lengan panjang dan rok yang hanya sepaha, menampakkan kaki putih mulus milik Amaris.

"Cantikk" gumam Calvin tanpa sadar

Amaris yang mendengar gumaman Calvin segera keluar dari kamar dan pergi berlalu meninggalkan Calvin yang masih terpaku di depan pintu.

Menyadari Amaris yang sudah meninggalkan dia, Calvin mulai berlari menyusul Amaris.

Mereka berdua sampai di ruang makan asrama, semua mata tertuju pada mereka.

Begitupun tiga gadis yang tidak menyukai Amaris.

Amaris pergi terlebih dahulu meninggalkan Calvin, sedangkan Calvin pergi menghampiri temannya Raddes.

Setelah mengambil beberapa makanan dan minuman untuk sarapan, Amaris pun pergi memilih meja untuk ia tempati.

Amaris pergi ke meja paling pojok di ruangan tersebut, dan kemudian menyantap sarapannya.

"Hai" ucap seseorang menyapa Amaris

Amaris berhenti makan sebentar dan melihat ke arah suara tersebut.

"Boleh aku duduk disini?" Tanyanya

Amaris hanya mengangguk dan kemudian melanjutkan aktivitas sarapannya.

"Namamu Amaris bukan? Kamu cukup terkenal sebagai murid tahun ajaran baru" ucapnya basa basi

"Oh ya, perkenalkan namaku Patsy Paulina Rubio" lanjutnya memperkenalkan diri

"Amaris Carey Valdees" singkat Amaris

"Nama yang indah" puji patsy

"Terima kasih" sahut Amaris

Hening, mereka berdua fokus pada sarapannya masing-masing.

"Hei kau! Sebaiknya jauhi tuan Calvin" perintah Alice

"Aku?" Heran Amaris

"Ya siapa lagi? Tidak usah memasang wajah heran seperti itu, aku tidak suka kau terus menerus menempel pada tuan Calvin!" Terangnya

"Aku tidak pernah menempel padanya, bahkan aku tidak peduli tentang dia" santai Amaris

"Jadi maksudmu tuan Calvin yang mengejar dan terus menempel padamu? Hahaa tidak usah bercanda! Tuan Calvin bukanlah pria yang dekat dengan sembarang wanita, kecuali dia di goda olehmu!" tegas Alice dengan nada Ketus

"Oh"

Amaris berdiri dan meninggalkan meja makan tersebut.

"Aku sudah selesai, kau akan terus duduk disini?" Tanya Amaris pada patsy

Patsy yang masih kebingungan hanya mengikuti Amaris dan kemudian mereka berdua pergi meninggalkan Alice dan teman temannya disana.

"Dia!! Tcihh" kesal Alice

Setelah selesai dengan sarapannya, Amaris dan Patsy pergi menuju kelas. Tidak ada obrolan diantara mereka selama perjalanan.

"Aku tidak suka tipe orang seperti mereka" ucap Patsy memecahkan keheningan

"Ya, mereka sangat menggangu" jawab Amaris

"Hm, hubungan seperti apa antara kamu dan tuan Calvin hingga membuat mereka membencimu?" Tanya Patsy

"Tidak ada, dia seperti anak laki laki lainnya" jawab Amaris

"Seperti anak laki laki lainnya?" Heran Patsy

"Ya, suka mengganggu,sangat berisik, tidak pernah berhenti bicara dan itu sangat menggangu" terang Amaris

"Tapi setau ku tuan Calvin adalah laki laki yang cukup pendiam dan jarang sekali berbicara pada wanita" ucap Patsy dengan heran

"Benarkah?"

"Ya begitulah yang ku dengar dari wanita wanita di asrama" jelasnya

"Oh"

Setelah mengobrol cukup panjang, tak terasa mereka sudah sampai di depan pintu kelas.

Mereka berdua masuk dan duduk di kursi yang bersebelahan.

"Aku kira kamu adalah orang yang tidak suka diajak mengobrol, tapi ternyata kamu lumayan suka mengobrol juga" ucap Patsy sembari tersenyum

"Tergantung orangnya" singkat Amaris

Amaris mengambil buku yang ada diatas meja dan kemudian membacanya.

Patsy terpaku sesaat, ia benar benar takjub dengan kecantikan dan sikap tenang yang dimiliki Amaris.

Kelas dimulai, semua siswa duduk dengan rapih.

Beberapa jam berlalu, akhirnya lonceng mulai berbunyi tanda jam pertama berakhir dan saatnya para murid untuk makan siang.

Semuanya keluar dari kelas dan pergi ke ruang makan akademi, berbeda dengan saat sarapan di ruang makan asrama. Ruang makan akademi terlihat lebih ramai karena tidak hanya diisi oleh kelas red, melainkan semua kelas satu di akademi.

Seperti biasa, Amaris memilih meja pojok begitupun dengan Patsy yang mengikutinya.

Tidak ada percakapan diantara mereka selama makan, dan akhirnya mereka selesai dengan makanannya.

"Anu, Amaris" ucap Patsy mulai basa basi lagi

"Ya?"

"Apa yang kamu sukai? Dan kamu benci?" Tanya Patsy

"Kenapa bertanya begitu?" Tanya Amaris balik

"Tidak ada maksud jahat, hanya saja mungkin suatu saat nanti aku bisa memberimu hadiah yang sesuai dengan apa yang kamu sukai" terang Patsy

"Aku benci banyak hal, dan aku tidak terlalu suka apapun" jawab Amaris

Patsy terdiam dan kemudian mengubah pertanyaannya

"Baiklah, makanan apa yang kamu sukai?" Tanya Patsy lagi

"Puding caramel dengan cream vanilla" jawab Amaris

"Ohh, baiklah" sahut Patsy dengan senyuman bahagianya

Melihat hal itu Amaris pun bertanya balik pada Patsy

"Kau? Apa yang kau suka dan kau benci?"

"Eumm, aku suka banyak hal salah satunya seperti berbelanja gaun, sepatu, perhiasan, buku, dan sebagainya" senangnya

"Dan aku benci ketika aku harus sendirian, karena itu menakutkan" lanjutnya

"Oh, dan makanan apa yang kau suka?"

"Aku suka semua makanan manis" jawabannya dengan tersenyum

Amaris hanya diam dan melihat Patsy yang terus menyebutkan nama nama makanan manis yang ia sukai.

Lonceng akademi mulai berbunyi tanda istirahat makan siang telah usai, semua murid kembali ke kelasnya masing-masing.

Pelajaran pun dilanjutkan, tak terasa matahari mulai tenggelam yang artinya malam akan segera datang.

Semua murid menutup buku dan mengakhiri pelajarannya, pengajar mulai keluar dari kelas diikuti oleh murid murid lainnya.

Saat perjalanan menuju asrama, Amaris dihadang oleh teman Alice yang bernama Malika.

"Oi kau yang berambut pirang, nona Alice ingin bertemu denganmu di taman" ucapnya ketus

"Mau apa kalian? Amaris sebaiknya jangan mendengarkan dia!" Sahut Patsy siaga

"Tidak usah ikut campur! Ini urusan antara nona Alice dan wanita itu" tunjuk Malika pada Amaris

"Baiklah, aku akan mengikutimu" santai Amaris

"Tt-tunggu Amaris, aku ikut denganmu" ucap Patsy

"Kami tidak mengundangmu, sudah ku katakan jangan ikut campur" kesalnya

"Tidak apa apa, kembali saja ke asrama. Aku akan baik baik saja" ucap Amaris menenangkan Patsy

Patsy terdiam dan menatap Amaris yang semakin menjauh.

Amaris mengikuti Malika dari belakang dan akhirnya mereka sampai di taman.

Terlihat disana ada seorang gadis yang sedang duduk di bangku taman yang lain dan tak bukan adalah Alice.

"Apa maumu?" Tanya Amaris tanpa basa basi

"Aku ingin kau menjauhi tuan Calvin" perintahnya

"Sudah ku katakan, aku tidak tertarik padanya! Jika kau mau maka ambil saja dia" jawab Amaris

"Tcihh, aku tidak tau cara apa yang kau gunakan hingga tuan Calvin terus menempel padamu"

"...."

"Jadi aku peringatkan padamu satu hal, aku adalah anak dari perdana menteri di kota ini! Jika kau macam macam dan tak menuruti perkataanku maka siap siap gelar bangsawanmu aku cabut!" Ucap Alice dengan nada sombong

"Oh, hal apa yang bisa menguatkan kau untuk mencabut gelar bangsawanku?" Tanya Amaris

"Tentu saja karena kau tidak menuruti perkataanku!" Ketusnya

"Kau yakin bisa melakukannya?" Tantang Amaris

"Kau menantangku? Kau tidak tau pengaruh keluargaku di kota ini hah??" kesal Alice

"Kuberi tahu padamu, dibagian mananya manusia itu sangat menjijikan" Amaris menghela nafas lalu menatap langit sore

"Yaitu, sifatnya yang setinggi langit!" Lanjut Amaris kemudian menatap wajah mereka dengan dingin

"Aku tidak punya banyak waktu untuk membicarakan hal yang tidak penting dalam hidupku, malam sudah akan tiba sebaiknya kalian juga segera pergi ke asrama jika tidak ingin terkena hukuman, ingat akademi ini tidak akan memandang setatus dan jabatan orang tua kalian!" Ucap Amaris dengan nada memperingati kemudian pergi meninggalkan mereka bertiga

Mereka terdiam dan memandangi Amaris yang semakin menjauh dari pandangan mereka.

"Keluar lah, sudah ku katakan aku akan baik baik saja" ucap Amaris pada patsy yang ternyata mengikuti Amaris dari belakang dan bersembunyi dibalik tiang

Patsy yang juga mendengar pernyataan Amaris hanya terdiam dan mengikuti Amaris dari belakang menuju asrama.

Ceklak~

Pintu terbuka dan menampakkan Lilith yang sudah menunggu kedatangan Amaris.

"Selamat sore dan selamat datang Nona" sambut Lilith

"Ya"

Amaris membuka seragamnya dan pergi mandi, setelah selesai mandi Lilith membantunya memakai piyama.

"Anda tidak akan pergi makan malam ke ruang makan asrama?" Tanya Lilith

"Tidak, aku lelah"

"Baiklah, saya akan membawakan makan malam untuk anda kesini"

"Ya"

Lilith menyisir rambut panjang Amaris dan terus tersenyum setelah ia mendengar percakapan antara Amaris dan Alice.

Setelah selesai merapihkan rambut Amaris, Lilith pergi mengambil makan malam untuk Amaris.

"Silahkan Nona" ucap Lilith menyodorkan makan malam

Setelah selesai makan, Amaris pergi ke ranjang kemudian menutup matanya dan tertidur.

"Selamat malam Nona" ucap Lilith mengambil nampan berisi sisa makan malam Amaris dan pergi keluar kamar lalu menguncinya dari luar.

"Nahh, hal menarik apa lagi yang akan anda perlihatkan padaku Nona" gumam Lilith pelan sambil tersenyum tipis

More Chapters