Amaris memulai aktivitas paginya yang dibantu oleh Lilith, kemudian dia mengambil koper yang berisi pakaian dan barang barang yang telah disiapkan Lilith.
Selesai dengan semua aktivitasnya, Amaris pun berangkat menaiki kereta kuda sendirian tanpa ditemani Lilith.
Amaris turun dari kereta kuda dan bergegas pergi ke lapangan dimana semua murid tahun ajaran baru berkumpul.
Rambut pirang dan mata kuning keemasan membuat Amaris menjadi pusat perhatian, banyak anak laki laki mendekatinya,merayunya,dan memberinya hadiah. Namun tak sedikit pula anak perempuan yang iri dan cemburu pada Amaris, bahkan ada yang membencinya karena Amaris menjadi pusat perhatian.
"Tcih, apa istimewanya anak itu?" Tanya seorang gadis
"Entahlah, menurutku dia tidak terlalu cantik"
"Benar benar"
Tiga gadis dipojok lapangan yang memperhatikan Amaris mulai mencibir, karena mereka merasa tidak ada yang istimewa dari Amaris, tapi dia malah menarik banyak perhatian.
"Amarisssssss sayangg" teriak Calvin dari kejauhan
Amaris menengok kearah suara itu berasal
"Owhhh, Amaris kamu terlihat sangat menakjubkan hari ini" rayunya
"Tunggu,apa ini? Siapa yang memberikannya padamu?" Lanjutnya
Amaris hanya melihat kearah sekumpulan laki laki yang ada di sampingnya, Calvin pun mulai mengerti bahwa hadiah dan bunga bunga itu diberikan oleh mereka.
"kaliann, Amaris adalah kekasihku! Sebaiknya jangan menggodanya lagi" kesal Calvin
"Apakah itu benar Amaris?" Tanya salah satu dari mereka
Amaris hanya menggeleng kepala pelan tanda ucapan Calvin tidaklah benar.
"Lihat, dia sendiri tidak mengakuinya"
"Benar! Jangan mengada Ngada hahah"
Sekumpulan laki laki itu pergi meninggalkan Amaris dan Calvin
"Aa-Amariss, harusnya kamu mengiyakan ucapanku" keluh Calvin
"Berisik! Tcih, barang barang ini merepotkan" kesal Amaris
"Mau ku bawakan?" Tawar Calvin
"Dengan senang hati" jawab Amaris tersenyum tipis
Calvin yang melihat senyuman itu merasa akhirnya Amaris mulai sedikit memperhatikannya, dan dia dengan senang hati membawakan barang barang yang Amaris terima dari anak laki-laki itu.
Di pojok lapangan masih terlihat tiga anak perempuan itu menatap Amaris dengan tatapan tidak suka.
"Tt-tuan Calvin?" Ucapnya
"Bahkan tuan Calvin pun membantu dia?"
"Tcihh, aku mulai membenci gadis itu!"
Para trifek mulai terlihat menyusuri koridor, dan kemudian berbaris dihadapan para murid murid baru.
"Semuanya, tolong perhatikan kesini" ucap salah seorang trifek dari kelas red
Semuanya terdiam dan mulai memperhatikan trifek itu.
"Pertama perkenalkan aku trifek dari kelas red, Alexander Lemos Jeremy" ucapnya memberi salam
"Dan aku trifek dari kelas green, Jonathan Rees Meyers" ucapnya dengan penuh semangat
"Aku trifek dari kelas blue, Leonard Willie Pete" ucapnya dengan tenang sembari membenarkan kacamata
"Aku trifek dari kelas purple, Gerard Pique" ucapnya dengan nada mencekam
Semua trifek telah memperkenalkan dirinya masing masing, dan kemudian mulai melihat lihat semua murid tahun ajaran baru.
Amaris hanya menghela nafasnya dan merasa bahwa sambutan dari para trifek itu sedikit berlebihan.
Semua mata trifek tertuju pada Amaris, dan mereka mulai menghampiri dia.
"Ohh, nona berambut pirang maukah kamu masuk ke asrama red" tanya Alex
"Oii kak, jangan menyebut nama Amaris dengan nada menggoda seperti itu" kesal Calvin
"Ohh ternyata ada adikku tersayang bersama gadis cantik ini" sahutnya
Amaris yang mendengar percakapan mereka berdua agak sedikit bergidik karena nadanya begitu manja.
"Pantas saja aku merasa bahwa trifek kelas red mirip seseorang, ternyata dia kakaknya Calvin" gumam Amaris pelan
"Ekhem, nona bagaimana jika kamu masuk kelas blue? Melihat nilaimu yang sempurna kamu sangat cocok masuk kelas kami" tawar Leonard tenang
"Tidak tidak, lebih baik kamu masuk ke kelas green" sahut Jonathan penuh semangat
"Dia seorang wanita yang terlihat sangat lemah lembut, bagaimana bisa masuk ke kelas penuh gorila seperti itu" timpal Gerard
Semuanya mengangguk tanda setuju dengan pernyataan Gerard.
Jonathan hanya pasrah menerima fakta itu.
"Amaris Amaris, bagaimana jika kamu masuk ke kelas red bersamaku?" Tawar Calvin
"Ohh, bagus adikku! Kamu menawarkan sesuatu yang benar benar tepat" sahut Alex
Amaris melihat sekeliling dan ya dia memilih masuk ke kelas red, melihat kelas ini adalah kelas yang paling banyak diincar oleh bangsawan.
Senyum kemenangan terpancar dari wajah Calvin dan Alex.
Alex tak henti-henti pamer karena sudah mendapatkan murid yang memiliki nilai sempurna tahun ini.
Setelah pembagian kelas selesai, semua murid pergi ke asrama masing masing untuk menyimpan barang bawaan mereka.
Amaris diikuti oleh Calvin yang membawakan barang barang pemberian anak laki laki di lapangan tadi.
"Woahhh, Amaris siapa sangka kamar kita bersebrangan" senang Calvin
"Oh, ya" singkatnya
Amaris membuka pintu kamarnya dan mulai menaruh kopernya.
"Anu, Amaris barang barang ini taruh dimana?" Tanya Calvin
"Buang saja" singkat Amaris
"Membuangnya? Ya, dengan senang hati" girang Calvin
Calvin keluar dari kamar Amaris dan pergi menuju pembuangan sampah, ia sangat senang ketika harus membuang barang barang yang diberikan oleh anak laki laki itu kepada Amaris.
Amaris mulai membaringkan tubuhnya diatas kasur, ia melihat kearah koper dan berfikir bagaimana merapikan semua barang itu sendirian.
Setelah semua murid selesai menaruh barang di kamar asramanya masing masing, mereka mulai pergi ke aula akademi untuk makan malam dan sebagai penyambutan murid tahun ajaran baru.
Semua pengajar dan trifek sudah berkumpul di sana kecuali kepala akademi, mereka mulai menjelaskan pembelajaran pertama akan dimulai besok.
Amaris menyipitkan matanya dan melihat ke salah satu pengajar disana yang terlihat tidak asing.
"Diaa" gumam Amaris
Menyadari akan tatapan Amaris, Lilith tersenyum tipis kearahnya
"Bagaimana dia melakukan itu? Dasar iblis" gumam Amaris sembari membalas senyuman Lilith
"Hei kau" ucap seseorang dengan nada kesal
Amaris melihat kearahnya dan mengangkat sebelah alisnya
"Tcih, tidak usah terburu-buru dan senang karena kau menjadi pusat perhatian hari ini" kesalnya
"Apa maksudmu?" Heran Amaris
"Dasar gadis jalang" ucap salah satu temannya
"Kau bisa memasuki kelas red karena kau sudah berhasil menggoda tuan Calvin bukan" ucapnya dengan nada kasar
"Hah?"
"Tidak usah pura pura polos, aku tau pasti seperti itu" Ketusnya
Melihat Amaris yang seperti dirundung, Calvin langsung menghampiri mereka semua.
"Oii, kalian! Apa yang kalian lakukan pada Amarisku tersayang?" Ucapnya
"Tt-tuan Calvin, kami hanya berkenalan hehe benar kan teman teman?" Jawabannya gugup
"Bb-benar"
Amaris yang tidak peduli akan hal itu pergi meninggalkan mereka semua menuju meja yang dipenuhi dessert dan minuman, ia mengambilnya dan kemudian pergi berlalu meninggalkan aula dan kembali ke asrama.
Calvin melihat ke arah Amaris yang mulai terlihat semakin menjauh, lagi lagi ia dibuat takjub dengan sikap tenang Amaris.
"Aa-anu tuan Calvin, perkenalkan nama saya Alice Adelaide" salamnya
"Saya Reina Ellesia" sahut satunya
"Dan saya Malika Relinda" ucapnya
"Ohh, perkenalkan aku Calvin Jeremy" jawab Calvin
"Anu, tuan Calvin anda tau bahwa kita satu asrama?" Ucap Alice gugup
"Oh" jawab Calvin singkat
"Tuan Cal-"
"Oii Calvin" teriak seseorang dari kejauhan
"Ohh, Raddes" jawabanya
"Aku pergi dulu, permisi" lanjut Calvin
"Baik" kecewa Alice
"Itu tuan Raddes?" Tanya Reina
"Kau benar, ternyata mereka berdua berteman" sahut Malika
Alice menatap kesal dan menyalahkan Amaris terus menerus dalam hatinya.
_________________________
"Hufttt, hari yang melelahkan" keluh Amaris sembari membaringkan tubuhnya diatas kasur
Tok tok tok~
"Siapa?"
"Saya"
"Oh"
Amaris membuka pintu dan terlihat Lilith disana.
Lilith melihat kearah kamar dan kopernya masih tergeletak belum tersentuh.
"Boleh saya masuk?" Tanya Lilith sembari tersenyum
"Ya"
Lilith masuk dan mulai merapikan barang barang ke tempatnya masing-masing, tak lupa juga ia mengganti pakaian Amaris dengan piyama.
"Anda benar benar tidak bisa melakukan hal kecil ini sendiri" ucap Amaris tersenyum
"Berisik" kesal Amaris
"Besok pagi pagi datanglah kesini, bantu aku memakai seragam" lanjutnya
"Baik"
Setelah selesai merapihkan kamar dan menggantikan pakaian Amaris, Lilith pun pergi keluar kamar dan mengambil piring serta gelas yang Amaris bawa dari aula.
"Selamat malam, Nona" ucap Lilith lembut
"Ya, selamat malam" jawabnya kemudian mengunci pintu