Cherreads

Chapter 10 - Bab 10: Kabut Lembah dan Darah di Tanah Rawa

Waktu: Hari ke-2, Bulan Bayangan — Tahun 972 Kalender Rubelion

Tempat: Lembah Nahi, Wilayah Barat Laut Kerajaan Rubelion

Kabut turun tebal di Lembah Nahi, menyelimuti tanah rawa dengan aroma besi dan pembusukan. Kilyuna melangkah perlahan di belakang Party Velhira, tangan di gagang pedang. Hanya cahaya biru samar dari irisnya yang sesekali berdenyut saat ia memindai sekeliling.

"Langkahmu terlalu keras," bisik Ilo, si penombak. "Orc di sini bisa mendengar suara rumput yang patah."

Kilyuna mengangguk. Ia masih pendatang baru di tim elit ini, tapi ia tidak bodoh. Ia tahu medan bukan tempat untuk mengeluh atau ragu. Di sini, salah langkah berarti mati.

---

Velhira, sang ketua, berdiri di depan. Mata ungunya menyala, menembus kabut dengan sihir penglihatan.

"Orc Shaman ada di pusat pemukiman. Kita potong dari tiga arah. Kilyuna, kau bersamaku. Aku ingin lihat apa yang bisa dilakukan pedangmu."

---

Dua jam kemudian, mereka tiba di garis luar perkampungan orc—pagar kayu besar yang setengah roboh, dikelilingi totem darah dan tulang.

Orc muncul, tinggi, bertubuh kelabu dengan tatapan haus darah. Tapi ini bukan pertempuran biasa. Orc-orc ini membawa talisman dimensi—mereka bisa membuka celah sihir ke ruang sementara, memanggil monster kecil sebagai pelindung.

"Jangan biarkan mereka aktifkan jimat!" teriak Velhira.

Pertarungan pecah. Sihir dan pedang beradu dalam bayang kabut.

---

Kilyuna maju di tengah kekacauan. Salah satu orc mengayunkan kapaknya—Kilyuna memutar tubuh, membiarkan ayunan lewat, lalu menebas celah antara dunia.

Pedangnya menggores udara… dan luka muncul tanpa menyentuh kulit.

"...Teknik dimensi…" desis Ilo yang menyaksikan.

Kilyuna terus melaju. Dua orc roboh. Tiga. Lalu ia sampai ke jantung pertahanan—Orc Shaman.

---

Shaman itu berbeda. Mata hitam, tubuh ditutupi tato merah menyala yang tampak hidup. Ia membuka mulut—dari sana, mantra keluar dalam suara dimensi terbalik. Sebuah celah terbuka di tanah, dan tangan-tangan hitam menjulur keluar.

Kilyuna menggertakkan gigi. Ini bukan hanya ancaman pada kota-kota sekitar, ini adalah pintu ke dunia iblis.

Ia menggenggam pedangnya dengan dua tangan. Cahaya biru dari irisnya meledak. "Jangan buka dunia itu…"

Satu tebasan. Udara terbelah. Pedangnya masuk ke dalam retakan dan… menutup celah itu dari dalam.

Orc Shaman menjerit, lalu jatuh. Totem hancur. Kabut mulai surut.

---

Beberapa jam kemudian, setelah orc tersisa melarikan diri dan kamp terbakar, Party Velhira berdiri di tengah sisa-sisa puing.

Velhira menatap Kilyuna dalam diam, lalu berkata:

"Mulai hari ini, kau bukan lagi petualang biasa. Kau adalah salah satu dari kami."

---

More Chapters