Cherreads

Chapter 6 - BAB 6: MURID BARU DAN BAYANGAN YANG MENDEKAT

Pagi yang tampak biasa di SMA Kurogane seketika berubah saat seorang guru masuk ke kelas dengan langkah tergesa, diikuti seorang gadis cantik berambut pirang keemasan, mata biru cerah yang tampak cemas tapi juga anggun. Senyumnya lembut, langkahnya elegan. Namun siapa pun yang memerhatikannya dengan saksama bisa melihat bekas luka samar di lehernya—tanda masa lalu yang belum hilang sepenuhnya.

"Perkenalkan, ini murid pindahan baru kita. Namanya Aveline Drazel. Dia akan bergabung di kelas ini mulai hari ini," ujar sang guru.

Semua murid bertepuk tangan, sebagian berbisik-bisik tertarik dengan penampilan Aveline yang seperti model dari luar negeri. Tapi tatapan Aveline hanya terpaku pada satu orang… Reivan.

"...Kau…" bisik Aveline pelan, cukup agar Reivan saja yang mendengarnya.

Reivan, seperti biasa, hanya mengangkat alis sedikit. Tak ada senyum, tak ada respons berlebihan. Tapi ia tahu, kehadiran Aveline di sini bukan sekadar kebetulan.

---

Beberapa menit kemudian

"Eh?! Duduk di samping Reivan?!"

Reaksi itu datang dari Mizuki, yang langsung meremas ujung meja.

Kaori tampak terdiam, mencoba tetap tersenyum tapi tangannya mengepal di balik meja.

Althea, yang biasanya tenang, menunduk dengan alis berkedut.

Aveline dengan polosnya duduk di kursi sebelah Reivan. Tatapannya jujur dan kagum. "Terima kasih… sudah menyelamatkanku," bisiknya pelan, tapi cukup jelas untuk membuat ketiga gadis lain mencium aroma bahaya.

Kiro, yang duduk di belakang mereka, hanya menatap Reivan dengan tatapan campur aduk.

"Dia… nyelamatin murid baru itu juga? Gila, Reivan mau jadi apa sih… Playboy berbahaya?"

Kori, yang sudah tahu segalanya, hanya bisa menghela napas dan bergumam, "Dunia ini benar-benar nggak siap kalau dia serius."

---

Malam hari – Markas Specter Eidolon, Lokasi Rahasia

Di sebuah ruangan berbentuk lingkaran, beberapa siluet duduk mengelilingi layar hologram yang menampilkan cuplikan-cuplikan penyusupan semalam.

"Identitasnya tak terdeteksi… tapi cara bergeraknya… itu dia," ucap suara dingin dari salah satu siluet.

"Night Hunter telah kembali."

Dari sisi lain meja bundar, muncul seorang pria dengan tubuh ramping dan tatapan gila penuh obsesi.

"Kalau dia benar-benar kembali… maka kita tak punya pilihan," bisiknya dengan senyum menyeramkan.

"Gabungkan kekuatan kita dengan Black Mantis."

"Night Hunter adalah ancaman. Jika dia dibiarkan hidup… seluruh rencana besar kita akan hancur sebelum dimulai."

Seorang wanita bertopeng dengan suara tajam menambahkan, "Aku akan mengurusnya secara pribadi. Tidak peduli siapa dia… aku akan mencabik-cabik legenda itu."

---

Keesokan harinya – di atap SMA Kurogane

Aveline duduk berdua dengan Reivan, ditemani angin sejuk dan langit sore.

"Aku tak tahu kenapa… tapi aku merasa aman di dekatmu," katanya lirih.

Reivan memalingkan wajah, menatap awan tanpa ekspresi. "Itu bisa jadi masalah."

Aveline tertawa kecil. "Terlambat. Aku sudah jatuh sejak malam itu."

Tanpa mereka sadari, dari tangga atap… tiga pasang mata mengintip dari balik dinding.

Kaori, Mizuki, dan Althea.

"Dia… menyatakan perasaan?!"

"Gawat."

"Aku harus bergerak…"

Ketiganya saling melirik—dan untuk pertama kalinya… ada ikatan yang sama di antara mereka: cemburu dan persaingan.

---

Sementara itu, di bayang-bayang kota… sebuah perang tak terlihat telah dimulai.

Specter Eidolon dan Black Mantis telah bersatu.

Target mereka satu: Night Hunter.

Dan mereka tidak akan berhenti sampai sang legenda... lenyap.

---

Hari-hari di SMA Kurogane berjalan dengan suasana yang makin… tidak normal.

Bagi kebanyakan siswa, hari-hari mereka diisi dengan tugas sekolah, klub, dan kegembiraan remaja biasa. Tapi bagi Reivan, itu adalah panggung untuk mempertahankan keseimbangan: antara menjadi siswa teladan… dan menjadi Night Hunter, pemburu bayangan.

Namun sayangnya, hidup damai tak pernah semudah itu.

---

Pagi di kelas 2-B

"Selamat pagi, Reivan~!"

Mizuki langsung menarik kursi Reivan dan duduk di sampingnya, menyodorkan bekal sarapan buatan sendiri. "Aku bangun jam 4 pagi buat bikin ini… Coba dong~"

Sebelum Reivan sempat menanggapi, Althea datang dengan nada datar, tapi matanya tajam. "Reivan, aku sudah meminjam beberapa buku perpustakaan yang kau cari soal taktik militer. Aku bantu ringkas juga."

"Eh?! Buku taktik?!" Mizuki langsung cemberut. "Althea curang…"

Lalu datang Kaori, si jenius yang selalu tampak tenang… tapi kini membawa termos teh herbal favorit Reivan. "Minumlah ini dulu, Reivan. Teh hijau akan bantu konsentrasi saat belajar."

Dan terakhir… Aveline.

Ia tidak membawa apapun. Tapi cukup dengan menatap Reivan diam-diam dari jendela, lalu berkata lembut, "Kalau kamu lelah… kamu bisa bersandar di pundakku."

Terdengar bunyi gedebuk kecil dari belakang—Kiro jatuh dari kursi.

Kiro menatap Reivan dengan ekspresi kosong. "Kau itu… iblis berwajah manusia atau gimana sih?"

Reivan? Tetap tenang, dingin, dan seolah tak terganggu. Namun sesekali, Kori—satu-satunya sahabat yang tahu siapa Reivan sebenarnya—melihat ujung senyum kecil di sudut bibirnya. Dia menikmati kekacauan ini.

---

Beberapa minggu kemudian…

SMA Kurogane mulai memasuki minggu-minggu ujian. Semua orang tampak sibuk, tapi hawa aneh mulai terasa di udara.

Terlalu… tenang.

Hingga suatu malam, di markas Specter Eidolon…

"Waktunya dimulai," kata seorang pria bertopeng, memandang peta digital SMA Kurogane.

"Penyusupan akan dilakukan secara halus. Empat agen akan menyamar sebagai siswa pindahan. Target: Reivan Arkady.

Dan kali ini…

Night Hunter tidak akan lolos."

---

More Chapters