Hari-hari setelah pertempuran besar melawan Sekte Naga Darah terasa seperti hembusan angin sejuk di Puncak Awan Suci. Dengan bantuan Sekte Bunga Salju, sekte kecil itu perlahan bangkit dari reruntuhan. Gerbang utama yang hancur kini telah diperbaiki, dan aula utama kembali berdiri megah, meski bekas-bekas pertempuran masih terlihat di beberapa sudut. Namun, di balik suasana damai itu, Wei Chen merasa ada beban berat di pundaknya.
Pagi itu, Wei Chen berdiri di lapangan latihan, pedang kayunya menciptakan kilau putih samar saat ia berlatih teknik dasar Tebasan Awan Murni. Keringat menetes dari dahinya, tapi matanya penuh tekad. Di dekatnya, Li Qing dan Nyonya Bing Xue mengawasi dengan penuh perhatian, sementara kakak-kakak lainnya sibuk membantu murid-murid sekte yang terluka.
"Chenchen, fokuskan qi-mu pada titik pusat meridianmu," kata Li Qing, suaranya tegas tapi penuh kehangatan. "Relik Darah Abadi telah meningkatkan qi-mu, tapi kalau kau tak bisa mengendalikannya, itu akan menjadi bencana."
Wei Chen mengangguk, menutup matanya, dan mencoba merasakan aliran qi di dalam tubuhnya. Energi putih murni yang berasal dari hati murninya bercampur dengan kilau merah samar dari relik, menciptakan perpaduan yang indah tapi juga berbahaya. Ia mengayunkan pedangnya lagi, dan kali ini, gelombang energi yang lebih kuat melesat, mengenai pohon di kejauhan dan membuatnya retak.
Nyonya Bing Xue tersenyum tipis, kipas saljunya terbuka di tangannya. "Bagus, Wei Chen. Kau mulai bisa menyeimbangkan energi relik dengan qi murnimu. Tapi ingat, relik itu bukan sekadar sumber kekuatan—ia juga sumber godaan. Jangan biarkan bisikan iblis batinmu menguasai."
Wei Chen menghela napas, tubuhnya gemetar karena kelelahan. "Aku mengerti, Nyonya. Tapi… suara itu… kadang terasa begitu nyata. Aku takut… aku takut kehilangan diriku sendiri."
Li Qing melangkah mendekat, tangannya menepuk pundak Wei Chen dengan lembut. "Kau tak akan kehilangan dirimu, Chenchen. Kami di sini untukmu. Selama kau punya kami, kau tak akan pernah sendirian."
Kata-kata Li Qing membawa kehangatan di hati Wei Chen, tapi juga rasa bersalah. Ia teringat betapa kakak-kakaknya terluka parah demi melindunginya selama pertempuran melawan Mo Tian. "Kakak Sulung… aku… aku tak mau kalian terluka lagi karena aku," gumamnya, matanya berkaca-kaca.
Sebelum Li Qing bisa menjawab, Zhao Yan, yang baru saja selesai meracik ramuan bersama Su Ling, berjalan mendekat dengan senyum lelet. "Chenchen, jangan bilang gitu. Melindungimu adalah kebahagiaan kami. Lagipula, kau sudah menunjukkan keberanianmu melawan Mo Tian. Kau bukan lagi adik kecil yang lelet—kau sudah jadi bagian dari kekuatan sekte ini."
Wei Chen tersenyum kecil, hatinya terasa lebih ringan. Namun, di tengah momen hangat itu, sebuah suara gemuruh tiba-tiba terdengar dari arah lembah. Semua orang di lapangan latihan menoleh, wajah mereka penuh kewaspadaan. Nyonya Bing Xue mengerutkan kening, kipasnya terbuka lebar. "Itu… aura jahat," gumamnya, suaranya penuh kecemasan.
Tanpa menunggu perintah, Tujuh Pedang Awan Suci segera bergerak. Li Qing memimpin di depan, pedang peraknya terhunus, diikuti oleh Zhao Yan dengan tombak emasnya, Feng Huo dengan serulingnya, Xiao Mei dengan kipas besarnya, Liang Shu dengan gulungan mantranya, Gu Tao dengan tinjunya, dan Su Ling dengan vial racunnya. Wei Chen, yang tak mau ketinggalan, berlari di belakang mereka, pedang kayunya siap di tangan.
Saat mereka tiba di tepi lembah, mereka melihat pemandangan yang mengerikan. Sebuah celah hitam besar terbuka di tanah, memancarkan aura jahat yang pekat. Dari dalam celah itu, beberapa makhluk aneh dengan tubuh hitam pekat dan mata merah menyala mulai merangkak keluar. Mereka adalah iblis kecil, makhluk yang lahir dari energi jahat yang bocor dari Dunia Iblis.
"Ini… apa ini?!" seru Xiao Mei, wajahnya pucat. Kipasnya terayun, mengirimkan angin puyuh penuh kelopak bunga tajam ke arah iblis-iblis itu, tapi makhluk-makhluk itu hanya terhuyung sejenak sebelum kembali maju.
Nyonya Bing Xue melangkah ke depan, auranya memancarkan hawa dingin yang menusuk. "Ini adalah iblis kecil… mereka berasal dari Dunia Iblis," katanya, suaranya tegas. "Penyegelan Relik Darah Abadi oleh Wei Chen… sepertinya telah membuka celah kecil ke dunia itu."
Wei Chen menatap celah itu dengan mata membelalak, rasa bersalah kembali menggerogoti hatinya. "Jadi… ini semua karena aku?" gumamnya, tangannya mencengkeram pedang kayu lebih erat.
Li Qing menoleh, matanya penuh tekad. "Bukan salahmu, Chenchen. Ini adalah konsekuensi dari kekuatan relik. Sekarang, kita harus menghentikan mereka sebelum lebih banyak iblis keluar!"
Pertempuran kecil pun pecah. Tujuh Pedang Awan Suci dan Nyonya Bing Xue bergerak dengan cepat, menghabisi iblis-iblis kecil itu satu per satu. Wei Chen, yang awalnya ragu, akhirnya melangkah maju, pedang kayunya menciptakan gelombang energi putih bercampur merah. Ia mengayunkan pedangnya ke arah salah satu iblis, dan untuk pertama kalinya, ia merasa energi relik itu bekerja sama dengan qi murninya, menghancurkan iblis itu dalam sekejap.
Setelah pertempuran selesai, Nyonya Bing Xue mendekati celah itu, jari-jarinya membentuk segel untuk menutupnya sementara. "Celah ini kecil, tapi ini pertanda buruk," katanya, wajahnya serius. "Dunia Iblis… jika celah-celah seperti ini terus terbuka, dunia kultivasi akan menghadapi ancaman yang lebih besar dari Sekte Naga Darah."
Li Qing mengangguk, lalu menatap Wei Chen. "Chenchen, kau harus lebih kuat lagi. Relik itu… sepertinya kau adalah kunci untuk menghentikan ancaman ini."
Wei Chen menatap kakak-kakaknya, lalu ke arah celah yang kini telah tertutup. Hatinya dipenuhi campuran rasa takut dan tekad. "Aku akan melakukannya, Kakak Sulung. Aku… aku tak akan membiarkan dunia ini jatuh ke dalam kegelapan," katanya, suaranya penuh determinasi.
Di kejauhan, di markas Sekte Naga Darah, Mo Tian dan Saudara Gu menatap cermin kuno yang menunjukkan pemandangan celah iblis itu. Mo Tian tersenyum licik, matanya menyala penuh rencana jahat. "Celah-celah itu… mereka akan menjadi senjata kita untuk menghancurkan bocah itu," gumamnya.
Saudara Gu, yang auranya lebih mengerikan dari Mo Tian, tertawa dingin. "Dunia Iblis… jika kita bisa membukanya sepenuhnya, kita tak hanya akan mendapatkan relik itu, tapi juga kekuatan untuk menguasai seluruh Benua Langit Tak Bertepi."