Cherreads

Chapter 18 - Chapter 18: Pertempuran Melawan Penjaga Kuno

Lorong kuil tua di Lembah Kematian terasa semakin sempit seiring Wei Chen, Li Qing, dan Zhao Yan melangkah lebih dalam. Setelah menemukan gulungan kuno yang berisi petunjuk tentang Batu Penyegel Suci, mereka tahu bahwa perjalanan ini belum selesai. Aura jahat di sekitar mereka semakin pekat, dan bisikan samar yang terdengar di udara kini berubah menjadi suara gemuruh yang menggetarkan tanah.

Mereka tiba di ruangan besar lainnya, jauh lebih luas dari sebelumnya, dengan langit-langit yang tinggi dan pilar-pilar batu yang retak. Di tengah ruangan, sebuah patung raksasa berdiri tegak, setinggi sepuluh meter, terbuat dari batu hitam pekat. Patung itu berbentuk prajurit kuno dengan armor penuh, memegang pedang besar di tangannya. Matanya, yang terbuat dari kristal merah, tiba-tiba menyala, dan suara gemuruh terdengar dari dalam tubuhnya.

"Penjaga Kuno…" gumam Li Qing, pedang peraknya terhunus, matanya penuh kewaspadaan. "Gulungan itu memperingatkan bahwa hati murni akan diuji… sepertinya ini adalah ujiannya."

Zhao Yan memutar tombak emasnya, senyum kecil terukir di wajahnya meski ada ketegangan di matanya. "Kalau ini ujian, kita harus lulus, kan? Chenchen, bersiap! Ini tak akan mudah."

Wei Chen mengangguk, tangannya mencengkeram pedang kayu dengan erat. Ia bisa merasakan Relik Darah Abadi di dalam dirinya bergetar, seolah merespons kehadiran Penjaga Kuno. Bisikan iblis batin kembali terdengar, lebih keras dari sebelumnya. "Gunakan kekuatanku… kau tak akan bisa mengalahkannya tanpa aku…" Wei Chen menggeleng, mencoba mengabaikan suara itu, tapi tekanan dari aura jahat patung itu membuatnya sulit berkonsentrasi.

Tiba-tiba, Penjaga Kuno bergerak, tubuh batuannya berderit keras saat ia mengangkat pedang besarnya. Suara mekanis yang dalam menggema di ruangan itu. "Hanya yang berhati murni… boleh lewat… yang lain… akan hancur…" Tanpa peringatan lebih lanjut, patung itu mengayunkan pedangnya ke arah mereka, menciptakan gelombang energi hitam yang menghancurkan pilar-pilar di sekitar.

Li Qing melompat ke depan, pedang peraknya berkilau saat ia melancarkan Tebasan Awan Penghancur. Gelombang energi perak melesat, bertabrakan dengan gelombang hitam, menciptakan ledakan yang mengguncang ruangan. "Chenchen, Zhao Yan, ke samping! Kita harus serang dari tiga arah!" perintahnya, suaranya tegas.

Zhao Yan bergerak cepat, tombak emasnya berputar, menciptakan angin puyuh emas yang menghantam kaki patung itu. "Ayo, Chenchen! Tunjukkan apa yang kau bisa!" serunya, suaranya penuh semangat.

Wei Chen mengangguk, napasnya tersengal. Ia melangkah ke sisi lain, mencoba fokus pada qi-nya. Dengan pedang kayunya, ia melancarkan Tebasan Awan Murni, mengirimkan gelombang energi putih bercampur merah ke arah patung. Tapi serangannya hanya meninggalkan goresan kecil di tubuh batu itu, dan Penjaga Kuno langsung membalas dengan pukulan telak, mengirimkan Wei Chen terpental ke dinding.

"Chenchen!" teriak Li Qing, matanya membelalak. Ia melompat ke depan, pedangnya menghalau serangan berikutnya dari patung itu, tapi tekanan dari aura jahat membuatnya terhuyung.

Wei Chen bangkit perlahan, darah mengalir dari sudut mulutnya. Ia merasa tubuhnya gemetar, tapi matanya penuh tekad. "Aku… aku tak akan menyerah…" gumamnya, lalu menutup mata, mencoba merasakan aliran qi di dalam dirinya. Bisikan relik semakin keras, tapi kali ini, ia mendengar suara lain—suara samar dari hati murninya, yang mengingatkannya pada kakak-kakaknya.

"Aku harus melindungi mereka…" Wei Chen membuka mata, fokusnya kembali tajam. Ia mengalirkan seluruh qi-nya ke pedang kayu, menciptakan kilau putih-merah yang lebih terang dari sebelumnya. Untuk pertama kalinya, ia merasa energi Relik Darah Abadi bekerja sama dengan qi murninya, bukan melawannya. Dengan teriakan penuh tekad, ia melancarkan teknik baru yang muncul dari intuisinya: Tebasan Awan Darah Murni.

Gelombang energi putih-merah melesat dengan kecepatan luar biasa, menghantam dada Penjaga Kuno dengan kekuatan yang mengguncang seluruh ruangan. Patung itu terhuyung, retakan besar muncul di tubuhnya, dan kristal merah di matanya mulai memudar. Tapi serangan itu juga membuat Wei Chen jatuh berlutut, napasnya tersengal-sengal, tubuhnya gemetar hebat karena tekanan dari relik.

Li Qing dan Zhao Yan segera memanfaatkan momen itu. Li Qing melancarkan Tebasan Awan Penghancur sekali lagi, sementara Zhao Yan menggunakan Tombak Emas Penusuk Langit. Kedua serangan mereka menyatu, menciptakan ledakan energi perak-emas yang menghantam retakan di tubuh patung, akhirnya menghancurkannya menjadi serpihan batu.

Ruangan itu kembali hening, hanya suara napas tersengal yang terdengar. Li Qing dan Zhao Yan berlari ke arah Wei Chen, tangan mereka menopangnya. "Chenchen, kau… kau luar biasa," kata Li Qing, suaranya penuh kebanggaan meski ada kekhawatiran di matanya. "Tapi kau terlalu memaksakan diri. Relik itu… kau harus lebih berhati-hati."

Wei Chen tersenyum lelet, napasnya masih tersengal. "Aku… aku baik-baik saja, Kakak Sulung… aku hanya… ingin melindungi kalian…" katanya, suaranya lemah tapi penuh kehangatan.

Zhao Yan tertawa kecil, tangannya menepuk pundak Wei Chen. "Kau benar-benar adik yang hebat, Chenchen. Tapi lain kali, jangan gegabah, ya? Biar Kakak Sulung dan aku yang tangani musuh besar seperti itu," katanya, suaranya penuh semangat.

Setelah beristirahat sejenak, mereka melanjutkan perjalanan, meninggalkan ruangan yang kini dipenuhi serpihan batu. Di ujung lorong, mereka menemukan pintu keluar yang membawa mereka kembali ke permukaan Lembah Kematian. Kabut hitam di sekitar lembah tampak mulai menipis, seolah ujian yang mereka lalui telah melemahkan aura jahat di tempat itu.

Tapi di kejauhan, di markas Sekte Naga Darah, Mo Tian dan Saudara Gu menatap cermin kuno, melihat bayangan Wei Chen dan kakak-kakaknya yang baru saja mengalahkan Penjaga Kuno. Mo Tian menggeram, tangannya mengepal erat. "Bocah itu… dia semakin kuat," katanya, suaranya penuh kebencian.

Saudara Gu tertawa dingin, auranya yang mengerikan memenuhi ruangan. "Biarkan saja, Saudara Mo. Semakin kuat dia, semakin besar pula keputusasaannya ketika kita hancurkan hati murninya. Hutan Roh Kuno akan menjadi panggung berikutnya… dan di sana, kita akan pastikan dia jatuh ke dalam kegelapan."

More Chapters