Langit di atas Pegunungan Seribu Awan mulai memudar menjadi jingga saat matahari tenggelam, menciptakan bayangan panjang di Puncak Awan Suci. Setelah kejadian celah iblis di lembah, suasana di sekte kecil itu kembali tegang. Nyonya Bing Xue dan murid-murid Sekte Bunga Salju memutuskan untuk tinggal lebih lama, membantu memperkuat pertahanan sekte sekaligus menyelidiki lebih lanjut tentang Dunia Iblis.
Di aula utama, Tujuh Pedang Awan Suci berkumpul bersama Nyonya Bing Xue dan Wei Chen. Relik Darah Abadi, yang kini disimpan dalam kotak batu yang dilindungi formasi pelindung, memancarkan cahaya merah samar yang membuat udara di sekitarnya terasa berat. Li Qing berdiri di tengah, pedang peraknya bersandar di sampingnya, matanya penuh kewaspadaan.
"Nyonya Bing Xue, apa yang kita ketahui tentang Dunia Iblis?" tanya Li Qing, suaranya tegas tapi penuh rasa ingin tahu. "Jika celah-celah seperti itu terus muncul, sekte kami… bahkan seluruh Benua Langit Tak Bertepi… akan berada dalam bahaya besar."
Nyonya Bing Xue mengangguk, kipas saljunya terbuka di tangannya, menciptakan hembusan angin dingin yang lembut. "Dunia Iblis adalah dimensi kuno yang disegel oleh para dewa ribuan tahun lalu," jelasnya, suaranya penuh wibawa. "Di dalamnya, iblis-iblis kuno yang haus darah dan kekuatan terkurung. Relik Darah Abadi, meski telah disegel oleh Wei Chen, tampaknya telah melemahkan segel Dunia Iblis, membuka celah-celah kecil seperti yang kita lihat kemarin."
Wei Chen, yang duduk di samping Su Ling, menunduk, tangannya mencengkeram pedang kayu dengan erat. "Jadi… ini semua karena aku?" gumamnya, suaranya penuh rasa bersalah. "Kalau aku tak menyentuh relik itu… mungkin ini semua tak akan terjadi…"
Su Ling segera memeluk Wei Chen, tangannya mengelus kepala adiknya dengan lembut. "Jangan bilang begitu, Chenchen," bisiknya, suaranya penuh kehangatan. "Kau menyelamatkan kami dari Sekte Naga Darah. Tanpa keberanianmu, kami mungkin tak akan bertahan. Ini bukan salahmu."
Xiao Mei, yang duduk di sebelahnya, mengangguk sambil membuka kipas besarnya. "Kakak Ketujuh benar, Chenchen. Sekarang bukan waktunya menyalahkan diri sendiri. Kita harus cari cara untuk menghentikan ancaman ini bersama-sama!"
Nyonya Bing Xue melirik Wei Chen, matanya penuh perhatian. "Wei Chen, hati murnimu adalah kunci untuk menyegel relik itu, tapi juga kunci untuk menghentikan Dunia Iblis. Aku percaya kau bisa melakukannya, tapi kau harus lebih kuat—baik secara fisik maupun mental. Godaan iblis batin dari relik akan semakin kuat seiring celah-celah itu terbuka."
Li Qing mengangguk, lalu menatap kakak-adiknya. "Kita tak bisa menunggu ancaman itu datang lagi. Kita harus mencari cara untuk menutup celah-celah itu secara permanen. Nyonya Bing Xue, apakah ada petunjuk di mana kita bisa menemukan informasi tentang Dunia Iblis?"
Nyonya Bing Xue terdiam sejenak, lalu berkata, "Ada sebuah tempat kuno yang konon menyimpan rahasia tentang Dunia Iblis—Lembah Kematian, di ujung utara Pegunungan Seribu Awan. Di sana, ada kuil tua yang dikatakan dibangun oleh penjaga relik ribuan tahun lalu. Tapi… tempat itu sangat berbahaya, penuh dengan binatang iblis dan jebakan kuno."
Zhao Yan, yang selama ini diam sambil memutar tombak emasnya, tersenyum kecil. "Berbahaya atau tidak, kita tak punya pilihan, kan? Aku siap pergi ke Lembah Kematian. Bagaimana dengan kalian?"
Feng Huo mengangguk, serulingnya berputar di tangannya. "Aku ikut. Kita tak bisa membiarkan ancaman ini menyebar lebih jauh."
Satu per satu, kakak-kakak lainnya setuju, tapi Li Qing mengangkat tangan, menghentikan mereka. "Kita tak bisa pergi semua. Sekte ini masih rentan setelah serangan Sekte Naga Darah. Aku, Zhao Yan, dan Wei Chen akan pergi ke Lembah Kematian. Yang lain tetap di sini untuk melindungi sekte bersama Nyonya Bing Xue."
Wei Chen menatap Li Qing dengan mata membelalak. "Aku… aku ikut, Kakak Sulung?" tanyanya, suaranya penuh campuran semangat dan ketakutan.
Li Qing tersenyum lembut, tangannya menepuk pundak Wei Chen. "Kau harus ikut, Chenchen. Relik itu terhubung denganmu, dan hati murnimu mungkin adalah kunci untuk menemukan jawaban di Lembah Kematian. Tapi jangan khawatir—aku dan Kakak Kedua akan melindungimu."
Malam itu, setelah rapat selesai, Wei Chen duduk di tepi tebing, memandang bintang-bintang yang berkilauan di langit. Di tangannya, ia memegang pedang kayu yang kini penuh goresan, tapi juga penuh kenangan. Su Ling mendekat, membawa secangkir teh hangat, dan duduk di sampingnya.
"Kakak Ketujuh…" Wei Chen menoleh, matanya penuh keraguan. "Menurutmu… aku bisa melakukannya? Aku… aku takut gagal lagi. Aku takut… aku takut kehilangan kalian."
Su Ling tersenyum lembut, tangannya mengelus kepala Wei Chen. "Aku yakin kau bisa, Chenchen. Kau punya hati yang murni—itu adalah kekuatan terbesarmu. Dan ingat, kau tak pernah sendirian. Kami selalu ada untukmu, apa pun yang terjadi."
Kata-kata Su Ling membawa kehangatan di hati Wei Chen, tapi di dalam dirinya, ia masih mendengar bisikan samar dari Relik Darah Abadi. "Kau tak akan bisa melindungi mereka… kau terlalu lemah… serahkan dirimu padaku…" Suara itu penuh godaan, tapi Wei Chen menggeleng, mencoba mengabaikannya. "Aku tak akan menyerah," gumamnya, tangannya mengepal erat.
Sementara itu, di markas Sekte Naga Darah, Mo Tian dan Saudara Gu duduk di depan cermin kuno, menatap bayangan Lembah Kematian yang samar. Mo Tian tersenyum licik, matanya menyala penuh rencana jahat. "Lembah Kematian… tempat yang sempurna untuk menghancurkan hati murni bocah itu," katanya, suaranya penuh kebencian.
Saudara Gu, yang auranya lebih mengerikan, tertawa dingin. "Kita akan biarkan iblis-iblis di Lembah Kematian melemahkan mereka. Dan ketika bocah itu berada di titik terendahnya… kita akan mematahkan hatinya, dan relik itu akan menjadi milik kita."
Di bawah langit malam yang gelap, sebuah badai baru mulai membayang di cakrawala, siap menguji hati murni Wei Chen lebih jauh dari sebelumnya.