Cherreads

Chapter 5 - Bab 5: Latihan di Bawah Langit Penuh Luka

Hari-hari setelah serangan Sekte Naga Darah terasa seperti hembusan angin dingin yang tak pernah reda di Puncak Awan Suci. Meski Master Yun Xiao telah pergi ke Sekte Bunga Salju untuk meminta bantuan, suasana di sekte kecil itu tetap tegang.

Murid-murid yang selamat bekerja keras memperbaiki bangunan yang hancur, sementara Tujuh Pedang Awan Suci meningkatkan patroli dan pertahanan, memastikan tak ada musuh yang kembali menyelinap.

Di tengah semua itu, Wei Chen memulai latihannya di bawah bimbingan kakak-kakaknya. Li Qing, sebagai Kakak Sulung, mengambil alih peran Master Yun Xiao untuk sementara.

Pagi itu, di lapangan latihan yang baru diperbaiki, Wei Chen berdiri dengan kaki gemetar, tangannya memegang pedang kayu sederhana. Di depannya, Li Qing berdiri tegak, pedang peraknya diselipkan di sarung, matanya menatap Wei Chen dengan penuh harapan tapi juga tegas.

"Chenchen, Teknik Awan Suci adalah warisan tertinggi sekte kita," kata Li Qing, suaranya dalam dan penuh wibawa. "Ini bukan hanya tentang kekuatan fisik, tapi juga tentang hati yang murni dan pikiran yang jernih.

Kau harus belajar mengendalikan qi di dalam tubuhmu, mengalirkannya ke meridianmu, dan menyatukannya dengan pedangmu. Coba lagi, fokus!"

Wei Chen mengangguk, keringat menetes dari dahinya. Ia menutup mata, mencoba merasakan aliran qi di dalam tubuhnya, seperti yang diajarkan Li Qing. Namun, qi-nya masih lemah dan liar, sulit dikendalikan.

Setelah beberapa saat, ia membuka mata dan mengayunkan pedang kayunya ke depan, berharap melihat kilatan energi seperti yang pernah dilakukan kakak-kakaknya. Tapi yang terjadi hanyalah ayunan kosong, tanpa sedikit pun aura qi yang terlihat.

"Aku… aku tak bisa, Kakak Sulung," gumam Wei Chen, wajahnya penuh kekecewaan. "Aku terlalu lelet… qi-ku tak mau bergerak seperti yang kau bilang."

Li Qing menghela napas, tapi ia tak marah. Ia melangkah mendekat, tangannya menepuk pundak Wei Chen dengan lembut. "Kau baru memulai, Chenchen.

Dulu, aku juga butuh waktu berbulan-bulan untuk menguasai aliran qi pertamaku. Jangan menyerah. Kau punya hati yang murni—itu adalah fondasi terbaik untuk Teknik Awan Suci."

Di samping mereka, Zhao Yan yang sedang mengawasi sambil memutar tombak emasnya, tersenyum kecil. "Kakak Sulung benar, Chenchen. Kau harus sabar. Ingat, qi itu seperti air sungai. Kalau kau memaksanya, ia akan meluap dan menghancurkan bendungan. Biarkan ia mengalir alami, pelan-pelan."

Wei Chen mengangguk, meski hatinya masih dipenuhi keraguan. Ia tahu kakak-kakaknya berusaha menghiburnya, tapi setiap kali ia melihat luka di lengan Li Qing atau goresan di wajah Zhao Yan, rasa bersalah itu kembali menggerogoti. Aku harus lebih kuat… aku harus! tekadnya dalam hati.

Sore itu, setelah latihan pedang, Su Ling membawa Wei Chen ke kebun ramuan di belakang sekte. Di sana, ia mengajari Wei Chen cara meracik ramuan dasar untuk memperkuat meridian. "Ini ramuan Penyegar Jiwa," kata Su Ling sambil menunjukkan daun berwarna perak yang ia petik. "Jika kau meminumnya setiap hari, meridianmu akan lebih mudah terbuka, dan aliran qi-mu akan lebih lancar."

Wei Chen mengangguk, tangannya dengan hati-hati mencampur daun-daun itu sesuai petunjuk Su Ling. Di tengah ketenangan kebun, ia merasa sedikit damai, seolah luka di hatinya perlahan sembuh. "Kakak Ketujuh, menurutmu… aku bisa menjadi sekuat kalian suatu hari nanti?"

tanyanya tiba-tiba, suaranya penuh harap.

Su Ling tersenyum lembut, matanya penuh kehangatan. "Aku yakin, Chenchen. Kau punya sesuatu yang tak kami miliki—hati yang tak pernah ternoda oleh dendam atau keserakahan.

Itu adalah kekuatan terbesar di dunia kultivasi ini."

Malam harinya, setelah seharian berlatih, Wei Chen duduk di bawah pohon besar di tepi puncak, memandang langit yang dipenuhi bintang. Di tangannya, ia memegang pedang kayu yang sudah sedikit retak karena latihan keras. Ia teringat malam serangan Sekte Naga Darah, teringat rasa takutnya saat bersembunyi di Gua Awan Tersembunyi, dan teringat janji Xue Long bahwa mereka akan kembali.

"Aku tak akan membiarkan mereka menyakiti kakak-kakakku lagi," gumamnya, tangannya mengepal erat. Untuk pertama kalinya, ada kilau tekad yang tajam di matanya yang polos, seolah bara di hatinya mulai berubah menjadi api yang tak bisa dipadamkan.

Namun, di kejauhan, di antara kabut malam yang dingin, sepasang mata merah menyala mengintip dari balik pepohonan.

Sosok itu adalah salah satu mata-mata Sekte Naga Darah, yang diam-diam mengawasi Puncak Awan Suci. Dengan senyuman licik, ia berbisik pada dirinya sendiri, "Bocah itu… dia mulai tumbuh. Tuan akan senang mendengar ini."

More Chapters